Selasa 22 Sep 2020 18:33 WIB

ACT Bantu UMKM Terdampak Pandemi di NTB

Bantuan untuk UMKM itu disalurkan ACT melalui program wakaf modal usaha

ACT melaksanakan program wakaf untuk membantu pelaku UMKM
Foto: ACT
ACT melaksanakan program wakaf untuk membantu pelaku UMKM

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Nusa Tenggara Barat (NTB) melaksanakan Wakaf Modal Usaha Mikro (WMUM). Menurut Kepala Program ACT NTB M Romi Saefuddin, WMUM bertujuan membantu para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar tetap bisa menjalankan usaha di tengah pandemi Covid-19.

"WMUM merupakan program masterpiece dari ACT dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat. Program tersebut untuk masyarakat menengah ke bawah yang ekonominya terdampak pandemi Covid-19," kata Romi Saefuddin kepada Antara di Mataram, Selasa (22/9).

Baca Juga

Untuk tahap awal, lanjut dia, pihaknya melaksanakan program WMUM dengan sasaran masyarakat di Kota Mataram. Hingga saat ini, sudah ada 35 pelaku UMKM yang menerima manfaat dari program tersebut.

Romi menambahkan, jumlah sasaran penerima manfaat akan terus bertambah. Sebab, banyak warga yang mengharapkan bisa terakomodasi dalam program WMUM.

"Banyak yang mengharapkan program tersebut bisa berjalan dengan baik. Oleh sebab itu, kami mohon kepada para dermawan untuk bisa terlibat dalam aksi gerakan program WMUM," ujarnya.

Nur Minah, salah seorang penerima manfaat program, mengaku sudah mendapatkan bantuan ACT melalui WMUM. Bantuan tersebut, menurut dia, sangat bermanfaat untuk kelanjutan usahanya sebagai penjual nasi bungkus di pinggir jalan.

Ibu tiga anak itu mengaku pernah menerima bantuan modal usaha melalui program Sahabat Usaha Mikro Indonesia (SUMI). Sayangnya, modal tersebut kini sudah habis untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup di tengah pandemi Covid-19.

"Saya sangat berharap semoga pandemi ini segera berakhir dan semuanya kembali normal," tutur Nur Minah.

Sejak pandemi, ia menjadi tulang punggung keluarga. Sebab, suaminya sudah tidak bekerja lagi sebagai buruh bangunan. Proyek tempat sang suami bekerja dihentikan sejak timbulnya wabah virus korona baru.

Perempuan paruh baya itu sehari-hari berjualan nasi bungkus di pinggir Jalan Sriwijaya, Mataram. Penghasilannya tidak menentu setiap hari, tergantung jumlah pembeli.

Terkadang, ia hanya bisa membawa pulang Rp 50 ribu. Sebab, dagangannya tidak banyak dihampiri pembeli. "Kalau lagi sepi, modal usaha ikut menipis, Terkadang harus berutang dulu ke warung lain agar bisa mendapat bahan membuat nasi bungkus," ucap Nur.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement