Senin 14 Sep 2020 16:03 WIB

Suga, Anak Petani Calon Kuat PM Jepang

Suga berhasil memenangkan pemilihan internal di Partai Demokrat Liberal.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Juru bicara utama pemerintah Jepang, Yoshihide Suga
Foto: EPA
Juru bicara utama pemerintah Jepang, Yoshihide Suga

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Yoshihide Suga (71 tahun) menang telak dalam pemilihan pemimpin Partai Demokrat Liberal (LDP), Senin (14/9) waktu setempat. Ia berpeluang besar menggantikan posisi Shinzo Abe sebagai perdana menteri Jepang dalam pemilihan parlemen pekan ini.

Putra seorang petani stroberi dari Jepang Utara itu memulai karier politiknya sebagai anggota dewan lokal. Kemudian, sejak 2012 menjabat sebagai kepala sekretaris kabinet.

Baca Juga

Ia bertindak sebagai juru bicara utama pemerintah Abe dengan mengordinasikan kebijakan, dan menjaga birokrat tetap sejalan.Sepekan terakhir dia memulai kampanyenya untuk menjadi pemimpin Jepang menggantikan Abe yang mundur karena alasan kesehatan.

Sebagai kepala sekretaris kabinet selama hampir delapan tahun, Suga telah bertindak sebagai orang kedua secara de facto dalam pemerintahan Jepang.

Suga muncul sebagai favorit yang jelas untuk menggantikan Abe sejak mendapatkan dukungan dari faksi-faksi utama LDP. Prediksi pengamat tentang kemenangan Suga telah terlihat jelas atas para pesaingnya Fumio Kishida mantan menteri luar negeri, dan Shigeru Ishiba, seorang mantan menteri pertahanan.

Suga juga mendapat dukungan kuat dari cabang LDP lokal. Menurut penghitungan oleh NHK, ia mengambil 89 suara dari perwakilan lokal versus 42 untuk Ishiba dan 10 untuk Kishida.

Suga, pria berusia 71 tahun itu secara luas dipandang sebagai kandidat pelanjut Abe. Kebijakan ekonomi pendahulunya merupakan kombinasi dari pengeluaran pemerintah yang besar, kebijakan moneter yang sangat mudah, dan reformasi struktural yang akan tetap tidak tersentuh, menurutnya.

"Satu-satunya alasan Suga mendapatkan jabatan perdana menteri adalah karena dia bersumpah untuk melanjutkan kebijakan Abe, jadi untuk perdana menteri baru dia sangat dibatasi oleh catatan dan warisan pemerintahan sebelumnya," kata Koichi Nakano, seorang profesor ilmu politik di Universitas Sophia di Tokyo dikutip laman Guardian, Senin.

Mengenai kebijakan luar negeri, Suga akan terus memprioritaskan hubungan keamanan Jepang dengan Amerika Serikat (AS) dalam menghadapi China dan Korea Utara. Meskipun dia mengakui tidak memiliki "keterampilan diplomatik" seperti Abe yang mampu menjalin hubungan pribadi erat dengan Donald Trump.

Terlepas dari hubungan politiknya yang erat dengan Abe, latar belakang Suga sangat berbeda. Sebagai putra seorang menteri luar negeri dan cucu perdana menteri, Abe menonjol bahkan di parlemen yang dipenuhi politisi keturunan.

Politikus mandiri

Namun Suga adalah seorang politisi mandiri, putra tertua dari seorang petani stroberi dan guru di Yuzawa, sebuah kota di pedesaan prefektur Akita. Ia tidak memiliki silsilah politik, namun sekarang berada di titik puncak memimpin negaraekonomi terbesar ketiga di dunia.

"Dia sangat pendiam," ujar Hiroshi Kawai, mantan teman sekelas SMA Suga. "Dia adalah seseorang yang tidak akan Anda perhatikan jika dia ada di sana atau tidak," katanya menambahkan.

Setelah lulus dari sekolah menengah di Yuzawa, Suga pergi ke Tokyo. Dia lantas bekerja paruh waktu, termasuk bekerja di pabrik karton dan pasar ikan Tsukiji untuk membayar biaya kuliahnya.

Seperti dilansir laman CNN, setelah lulus kuliah, Suga lantas bekerja dan menerima gaji bulanan. Namun, hasrat politik yang kuat membuatnya memutuskan meninggalkan pekerjaan rutin itu. Pertaruhan politik pertamanya adalah ketika Suga bersaing memperebutkan posisi menjadi anggota Dewan Kota Yokohama. Karena tidak punya kenalan politikus dan minim pengalaman, dia harus bekerja keras meraih simpati dan memperkenalkan diri.

Saat itu dia berkampanye mengunjungi setiap rumah penduduk. Dalam sehari dia menyambangi 300 rumah warga, dan di akhir kampanye dia tercatat mengunjungi 30 ribu rumah penduduk. Bahkan karena terlalu seringnya berjalan kaki berkunjung ke rumah penduduk, Suga sampai menghabiskan enam pasang sepatu selama masa kampanye.

Alhasil, kerja kerasnya di masa lalu kini berbuah manis. Suga dinilai menjadi salah satu sosok politikus Jepang yang tangguh.

Menurut seorang pakar Jepang di Teneo Intelligence di Washington dan penulis buku baru tentang Abe, Tobias Harris, status Suga sebagai orang luar yang relatif dapat membantunya dengan baik saat dia berusaha untuk menjauhkan Jepang dari resesi berkepanjangan yang diperburuk oleh pandemi virus corona. "Jika Suga bertahan, itu sebagian karena dia bukan politisi keturunan," kata Harris.

Nasib politik Suga juga terkait erat dengan Abe sejak dia memenangkan kursi majelis rendah pada 1996. Banyak yang menyebut dia sebagai sosok yang memiliki pengaruh utama dalam keputusan Abe untuk mencalonkan diri sebagai perdana menteri untuk kedua kalinya. Meskipun Suga menghabiskan waktu berjam-jam untuk memberi pengarahan, dan kadang-kadang bentrok dengan jurnalis politik, penyampaiannya yang tanpa ekspresi menawarkan sedikit wawasan tentang orang di balik persona publik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement