Selasa 08 Sep 2020 01:12 WIB

'Industri Film Indonesia Masih Kekurangan Penulis'

Sineas Indonesia merasa tidak punya banyak pilihan penulis skenario.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Sineas Indonesia merasa tidak punya banyak pilihan penulis skenario (Foto: ilustrasi penulis)
Foto: Google
Sineas Indonesia merasa tidak punya banyak pilihan penulis skenario (Foto: ilustrasi penulis)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Anggy Umbara menganggap industri film Indonesia masih kekurangan penulis skenario. Sineas merasa tidak punya banyak pilihan penulis yang memiliki kemampuan dan persyaratan menggarap skenario film.

"Penulis ada banyak banget, tapi untuk masuk ke layar lebar entah kenapa ada kualifikasi tertentu. Secara general, bisa saja kurang dalam kualitas, kuantitas, chemistry, atau kesempatan," kata Anggy.

Baca Juga

Itu sebabnya Anggy sangat senang terlibat menjadi salah satu juri dalam kompetisi menulis naskah film "Falcon Script Hunt". Menurut dia, industri film Indonesia membutuhkan talenta penulis yang memiliki potensi dan kekuatan baru.

Sebagai sutradara, Anggy mengaku belum menemukan penulis naskah yang bisa jadi belahan jiwanya dalam berkarya. Selama ini, pria 39 tahun itu lebih banyak menulis sendiri skenario untuk deretan film yang dia arahkan.

Pada beberapa karya, penulis yang dia pilih sangat bervariasi. Dalam pandangan Anggy, belum banyak penulis yang bisa mencukupi kebutuhan layar lebar, karya komersial, dan menyampaikan visi sutradara dan produser.

Meski demikian, dia selalu melibatkan penulis skenario dalam seluruh tahap produksi. Sutradara Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! itu merasa regenerasi harus segera dilakukan, salah satunya lewat kompetisi pembuatan naskah.

Anggy berharap kompetisi dapat menjaring penulis dengan cerita-cerita organik dan orisinal. Penulis yang punya gagasan, pendapat, dan refleksi dari tema yang dibawakan. Secara personal, Anggy mendambakan cerita dengan korelasi sejarah.

"Dari seluruh Indonesia, pasti banyak yang bisa digali, apa yang dilupakan tapi masih relevan dengan keadaan sekarang. Tidak harus sejarah periodik, bisa hal-hal yang baru terjadi beberapa tahun belakangan tapi masih relate," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement