Kamis 03 Sep 2020 11:30 WIB

Pengamat Paparkan Alasan PDIP Kurang Digemari di Sumbar

Rendahnya suara PDIP di Sumbar saat Pileg harusnya jadi introspeksi.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Indira Rezkisari
Kader dan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Rendahnya suara PDIP di Sumbar dilihat pengamat bukan karena persoalan pribadi tidak menyukai partai berlambang banteng tersebut.
Foto: Antara/Mohammad Ayudha
Kader dan simpatisan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Rendahnya suara PDIP di Sumbar dilihat pengamat bukan karena persoalan pribadi tidak menyukai partai berlambang banteng tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi menanggapi argumen Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mempertanyakan mengapa warga Sumbar tidak percaya kepada PDIP. Asrinaldi melihat harusnya partai penguasa sejak 2014 itu harus menjadikan fakta perolehan suara yang rendah di Sumatra Barat sebagai bahan introspeksi.

Suara PDIP sangat kecil di Sumbar pada Pemilu Legislatif 2019 lalu. PDIP bahkan tidak bisa meloloskan wakil dari Sumbar ke Senayan. Di DPRD Provinsi Sumbar, PDIP hanya meraih tiga kursi.

Baca Juga

Asrinaldi melihat rendahnya suara PDIP di Sumbar bukan karena persoalan pribadi tidak menyukai partai berlambang banteng tersebut. Ia melihat pengurus PDIP khususnya di Sumbar gagal melakukan rekrutmen sehingga kader-kader PDIP yang maju di Pemilu kalah bersaing dengan kader partai lain.

"Apakah PDIP sudah melakukan komunikasi politik yang baik kepada warga Sumbar? Apakah PDIP sudah merekrut orang-orang atau tokoh yang mampu mewakili aspirasi dan kepentingan warga Sumbar? Kalau mau dipilih, PDIP harus hadirkan tokoh yang berintegritas yang menggambarkan Sumbar," kata Asrinaldi, kepada Republika.co.id, Kamis (3/9).

Asrinaldi melihat sebenarnya tidak hanya PDIP yang mengalami penurunan perolehan suara di Sumbar. Partai lain seperti Nasdem, Golkar juga tidak meraih suara signifikan ketika Pileg di Sumbar.

Asrinaldi menilai masyarakat pemilih di Sumbar adalah pemilih rasional. Warga Sumbar kata dia memilih figur-figur yang dirasa mampu merepresentasikan kepentingan warga pada umumnya.

Meskipun Sumbar mayoritas beragama Islam, tapi secara politik menurut Asrinaldi tidak pula menjadi basis suara bagi partai Islam seperti PKS, PKB, PPP.

"Justru PKS yang sekarang jadi kepala daerah di Sumbar, tidak kuat-kuat amat kok. Gerindra, Demokrat, PAN, partai nasionalis yang suaranya bagus di Sumbar," ucap Asrinaldi.

Asrinaldi menyebut tidak tepat tokoh PDIP Puan Maharani menyebut warga Sumbar tidak nasionalis atau Pancasilais. Karena partai yang meraih suara terbanyak di Sumbar pada Pileg lalu adalah Gerindra yang juga mengusung ideologi pancasila dan nasionalisme.

Bila PDIP ingin memperbaiki perolehan suara di Sumatra Barat, Asrinaldi menyarankan partai tersebut mengubah pola rekrutmen kader. PDIP kata dia harus menghadirkan kader-kader yang melambangkan ciri dan karakter Sumatra Barat.

Kemarin, Rabu (2/9) Ketua Umum PDIP Megawati mempertanyakan warga Sumbar yang belum pernah percaya kepada PDIP. Megawati menyebutkan hal ini ketika acara deklarasi atau dukungan terhadap calon-calon kepala daerah dari PDIP untuk Pilkada serentak 2020. PDIP sendiri di Pilkada Sumbar memberikan dukungan resmi untuk pasangan calon Mulyadi (Demokrat)- Ali Mukhni (PAN).

Selain Mega, Ketua DPR RI Puan Maharani juga mengatakan harapannya agar Sumbar menjadi pendukung negara Pancasila. "Untuk Provinsi Sumatra Barat, rekomendasi diberikan kepada Ir. Mulyadi dan Drs. H. Ali Mukhni. Merdeka! Semoga Sumatra Barat menjadi provinsi yang memang mendukung negara Pancasila," kata Puan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement