Kamis 03 Sep 2020 10:35 WIB

22 Karyawan Covid-19, Pabrik Bridgestone tidak Ditutup

Karyawan Bridgestone yang positif Covid-19 terjadi bertahap tidak sekaligus.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Indira Rezkisari
Klaster pabrik. Pabrik Bridgestone di Harapan Jaya, Bekasi, dilaporkan memiliki 22 karyawan yang positif Covid-19.
Foto: Bridgestone Indonesia
Klaster pabrik. Pabrik Bridgestone di Harapan Jaya, Bekasi, dilaporkan memiliki 22 karyawan yang positif Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — PT Bridgestone Tire Indonesia yang beralamat di Harapan Jaya, Bekasi Utara, merupakan salah satu pabrik yang masuk dalam klaster pabrik. Meski 22 karyawannya dipastikan positif Covid-19, pabrik Bridgestone tidak menutup operasionalnya.

Presiden Direktur PT Bridgestone Tire Indonesia, Mukiat Sutikno, menuturkan sejak awal Covid-19 masuk ke Indonesia, pihak perusahaan sudah menerapkan protokol kesehatan. Ia mengaku, tidak dapat menutup pabrik secara keseluruhan sebab akan memberi dampak secara ekonomi.

Baca Juga

“Tidak tutup, kalau tutup semua perekonomian Indonesia tutup dong. (Tetapi) kalau ngomong jujur Bridgestone telah transparan nih sehingga cepat ditangani,” tutur dia saat dihubungi wartawan, Kamis (4/9).

Dia menerangkan, 22 karyawan yang diketahui positif Covid-19 terdeteksi secara bertahap. Sejak adanya Covid-19, karyawan diminta proaktif apabila merasa ada gejala yang mirip.

“Sejak Maret kita sudah minta karyawan kita yang tidak enak badan tidak usah masuk. Kalau memang gejalanya agak mencurigakan, bahkan kita mempunyai dokter klinik kita di pabrik. Jadi mereka konsultasi by phone juga, atau datang langsung,” terang dia.

Saat ini, kata Mukiat, karyawan yang masih positif Covid-19 tersisa 13 orang. Sedangkan, sembilan karyawan lainnya sudah dinyatakan sembuh.

Dia bercerita, adanya pandemi ini cukup menghantam bisnis perusahaan. Wabah Covid-19 menyebabkan kondisi otomotif ikut terimbas sehingga membuat produksi ban Bridgestone turun. Pabrik Bridgestone di Kota Bekasi menyumbang 20 persen produksinya untuk ekspor ke 70 negara.

“Jadi penurunan produksi lebih dikarenakan industri terdampak ekonomi akibat Covid-19,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement