Kamis 27 Aug 2020 17:38 WIB

Penembakan Demonstran Jacob Blake Diinvestigasi

Departemen Investigasi Wisconsin selidiki tewasnya dua orang dalam demo Jacob Blake

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang melarikan diri saat polisi menembakkan gas air mata pada malam ketiga kerusuhan setelah penembakan Jacob Blake oleh petugas polisi, di Kenosha, Wisconsin, AS, 25 Agustus 2020. Menurut laporan media, Jacob Blake, seorang pria kulit hitam, ditembak oleh petugas atau petugas polisi Kenosha yang menanggapi panggilan gangguan domestik pada tanggal 23 Agustus, memicu protes dan kerusuhan. Blake dibawa dengan ambulans udara ke rumah sakit Milwaukee, Wisconsin dan protes dimulai setelah video insiden tersebut diunggah di media sosial.
Foto: EPA-EFE/TANNEN MAURY
Orang-orang melarikan diri saat polisi menembakkan gas air mata pada malam ketiga kerusuhan setelah penembakan Jacob Blake oleh petugas polisi, di Kenosha, Wisconsin, AS, 25 Agustus 2020. Menurut laporan media, Jacob Blake, seorang pria kulit hitam, ditembak oleh petugas atau petugas polisi Kenosha yang menanggapi panggilan gangguan domestik pada tanggal 23 Agustus, memicu protes dan kerusuhan. Blake dibawa dengan ambulans udara ke rumah sakit Milwaukee, Wisconsin dan protes dimulai setelah video insiden tersebut diunggah di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, KENOSHA -- Departemen Investigasi negara bagian Wisconsin terus menyelidiki meninggalnya dua orang dalam protes penembakan Jacob Blake. Pasukan Garda Nasional pun ditambah untuk membantu keamanan dari protes yang terus berlangsung dan memicu kericuhan.

Polisi mengidentifikasi dua korban meninggal sebagai penduduk Silver Lake, Wisconsin, berusia 26 tahun dan seorang berusia 36 tahun dari Kenosha. Sedangkan korban yang terluka berusia 36 tahun dari West Allis, Wisconsin diperkirakan akan selamat.

Baca Juga

Departemen Kehakiman mengatakan akan mengirim FBI dan perwira federal sebagai tanggapan atas kerusuhan tersebut. Gedung Putih mengatakan hingga 2.000 pasukan Garda Nasional akan disediakan.

Saksi mata peristiwa penembakan bernama Devin Scott menceritakan saat itu demonstran sedang meneriakkan tuntutan di depan pom bensin. Kemudian mereka mendengar suara ledakan yang diduga bukan berasal dari kembang api.

"Dan kemudian orang dengan senjata besar ini berlari melewati kami di tengah jalan dan orang-orang berteriak, 'Dia menembak seseorang! Dia menembak seseorang! 'Dan semua orang mencoba untuk melawan pria itu, mengejarnya, dan kemudian dia mulai menembak lagi," ujar pria berusia 19 tahun itu.

Scott mengatakan dia memeluk korban tidak bernyawa dalam pelukannya, sedangkan seorang wanita mulai melakukan CPR. "Saya rasa dia tidak berhasil," ujarnya.

Rekaman dan video saksi menunjukkan penembakan terjadi dalam dua tahap. Pada bagian awal pria bersenjata itu pertama-tama menembak seseorang di sebuah tempat parkir, kemudian berlari menjauh, jatuh di jalan. Dia kemudian melepaskan tembakan lagi ketika anggota kerumunan mendekatinya.

Menurut keterangan saksi dan rekaman video, polisi tampaknya membiarkan pria bersenjata itu berjalan melewati demonstran dan meninggalkan tempat kejadian. Padahal, pelaku masih menenteng senapan di bahu ketika anggota kerumunan berteriak agar dia ditangkap karena telah menembak orang.

Sheriff David Beth menggambarkan situasi yang kacau dan stres tinggi, dengan teriakan, nyanyian, lalu lintas radio nonstop, dan orang-orang berlarian ke mana-mana membuat kondisi tersebut bisa terjadi pada petugas polisi. Kondisi tersebut, menurutnya, dapat menyebabkan pandangan seperti di terowongan di antara petugas hukum.

Beth mengatakan anggota milisi atau warga bersenjata telah berpatroli di jalan-jalan Kenosha dalam beberapa malam terakhir tetapi dia tidak tahu apakah pria bersenjata itu ada di antara mereka. Namun video yang diambil sebelum penembakan menunjukkan polisi melemparkan air kemasan dari kendaraan lapis baja ke sosok seperti warga sipil bersenjata yang berjalan di jalanan dan salah satunya tampaknya pria bersenjata itu.

"Kami menghargai Anda berada di sini," terdengar seorang petugas berkata kepada kelompok itu melalui pengeras suara.

Sebelum penembakan, situs konservatif The Daily Caller melakukan wawancara video dengan tersangka pria bersenjata di depan sebuah bisnis yang ditutup. "Jadi orang-orang terluka dan tugas kami adalah melindungi bisnis ini. Dan bagian dari pekerjaan saya juga membantu orang. Jika ada seseorang yang terluka, saya mengalami bahaya. Itulah mengapa saya memiliki senapan saya, karena saya jelas dapat melindungi diri saya sendiri. Tapi saya juga punya peralatan medis," ujarnya.

Letnan Gubernur Wisconsin Mandela Barnes mengatakan penembakan itu tidak mengejutkan dan milisi kulit putih telah diabaikan terlalu lama. "Berapa kali di seluruh negeri ini Anda melihat orang-orang bersenjata, memprotes, berjalan ke gedung Capitols, dan semua orang berpikir tidak apa-apa?" katanya.

Negara bagian Wisconsin melegalkan orang yang berusia 18 tahun ke atas membawa senjata secara terbuka tanpa memerlukan lisensi. "Orang-orang memperlakukan itu seperti aktivitas normal yang dilakukan orang-orang dengan senapan serbu," ujar Barnes.

Setelah penembakan tersebut, Gubernur Wisconsin Tony Evers mengesahkan pengiriman 500 anggota Garda Nasional ke Kenosha, menggandakan jumlah pasukan. Kantor gubernur menyatakan dia sedang bekerja dengan negara bagian lain untuk membawa tambahan anggota Garda Nasional dan petugas hukum.

Jam malam pun dipercepat satu jam menjadi mulai berlaku pukul 19.00 waktu setempat.  "Tragedi tidak masuk akal seperti ini tidak bisa terjadi lagi," kata gubernur dari Partai Demokrat itu dalam sebuah pernyataan.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement