Kamis 27 Aug 2020 05:16 WIB

Gaza Laporkan Kematian Pertama Covid-19 di Populasi Umum

Pria berusia 61 tahun telah meninggal di Jalur Gaza akibat Covid-19

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Christiyaningsih
Pekerja Palestina memuat persediaan makanan yang didistribusikan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA). Pria berusia 61 tahun telah meninggal di Jalur Gaza akibat Covid-19. Ilustrasi.
Foto: AP/Adel Hana
Pekerja Palestina memuat persediaan makanan yang didistribusikan oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA). Pria berusia 61 tahun telah meninggal di Jalur Gaza akibat Covid-19. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA - Seorang pria berusia 61 tahun telah meninggal di Jalur Gaza setelah tertular Covid-19. Ini adalah kematian pertama di antara populasi umum sejak seorang wanita yang terinfeksi meninggal di pusat karantina pada Maret lalu.

Kementerian Kesehatan Otoritas Palestina pada Rabu (26/8) mengatakan pria itu pernah menderita penyakit sebelumnya dan menggunakan alat bantu pernapasan. Sembilan kasus lagi ditemukan pada Rabu. Enam dari mereka berada di kamp pengungsi Maghazi yang terisolasi di mana empat kasus pertama telah dikonfirmasi pada Senin (24/8), mendorong Hamas untuk memberlakukan karantina penuh.

Baca Juga

Tiga kasus lainnya terjadi di Jalur Gaza utara. Kondisi ini menunjukkan virus telah mulai menyebar ke berbagai wilayah kantong dua juta orang itu.

Wabah di luar Maghazi tetap lambat tetapi memperkuat kekhawatiran oleh organisasi kesehatan lokal dan internasional atas kombinasi kemiskinan yang berpotensi bencana di wilayah itu, kamp-kamp pengungsi yang padat penduduk, dan kapasitas rumah sakit yang terbatas.

Dengan otoritas lokal yang menjaga karantina di semua kota, orang-orang diperintahkan untuk tinggal di rumah setiap saat dan memakai masker jika dalam kasus kebutuhan ekstrem mereka harus keluar.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB UNRWA, yang membantu lebih dari separuh populasi Gaza, mengatakan sedang mencari rencana alternatif untuk melanjutkan layanan kesehatan, pendidikan, dan makanan kepada penerima manfaat jika karantina diperpanjang.

Adnan Abu Hasna, juru bicara UNRWA di Gaza, mengatakan klinik tetap buka tetapi kehadiran fisik dilarang. Sebaliknya staf memberikan konsultasi medis melalui telepon dan beberapa obat diberikan kepada pasien di rumah.

"Kami terus berkonsultasi dengan kementerian kesehatan dan kami juga berdiskusi tentang penerapan rencana alternatif kami sendiri untuk memastikan kelanjutan pemberian layanan kepada pengungsi," kata Abu Hasna.

Kasus pada Senin terungkap setelah seorang wanita melakukan perjalanan ke Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana dia dinyatakan positif. Juru bicara kementerian kesehatan mendesak semua orang yang mungkin mengunjungi supermarket di luar rumah sakit di Gaza tengah untuk mengarantina diri mereka sendiri dan segera melapor ke petugas medis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement