Kamis 13 Aug 2020 11:28 WIB

ESDM Kaji Keekonomian Energi Samudera

Pemerintah menggunakan dua teknologi untuk memanfaatkan samudera jadi listrik.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah warga berada di batu grip saat ombak besar menerjang Pantai Padang, Sumatera Barat, Rabu (8/4). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengembangkan pilot project alias uji coba energi samudera di beberapa lokasi.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Sejumlah warga berada di batu grip saat ombak besar menerjang Pantai Padang, Sumatera Barat, Rabu (8/4). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengembangkan pilot project alias uji coba energi samudera di beberapa lokasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengembangkan pilot project alias uji coba energi samudera di beberapa lokasi. Pilot project dilakukan untuk menghitung keekonomian proyek listrik dari energi laut ini.

"Ada beberapa lokasi kita lakukan uji coba. Kita lakukan uji coba untuk bisa meningkat kalau sudah bisa menghitung keekonomiannya," ungkap Menteri ESDM, Arifin Tasrif, Rabu (12/8).

Baca Juga

Dalam paparan Arifin, ada dua teknologi yang sedang dikaji dan diuji coba untuk memanfaatkan energi samudera menjadi listrik. Pertama, teknologi gelombang laut.

Penggunaan teknologi ini melalui Oscillating Water Column (OWC) berpeluang ditempatkan di perairan selatan Enggano. Teknologi gelombang laut menggunakan heaving device berpotensi di wilayah Mentawai.

Kedua, teknologi energi panas laut atau Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) di perairan Bali Utara. Balitbang ESDM pun sudah melakukan feasibilty study (FS).

FS tersebut dilakukan pada teknologi arus laut di Selat Alas antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Juga dilakukan di Selat Sape (antara Pulau Sumbawa dan Pulau Komodo), dan Selat Pantar (antara Pulau Pantar dan Pulau Alor).

Pemerintah sendiri menegaskan terus meningkatkan porsi energi bersih dalam bauran energi dengan mendorong investasi EBT. Dalam Paris Agreement, komitmen Indonesia di sektor EBT juga cukup kuat dengan menargetkan bauran EBT sebesar 23 persen di tahun 2025. Adapun tindakan mitigasi yang dilakukan, diantaranya pengalihan anggaran subsidi bahan bakar ke kegiatan produk produktif seperti infrastruktur.

"Kita juga akan melaksanakan pemanfaatan waste to energy. Komitmen kita di sektor energi itu menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314-398 juta ton CO2 pada tahun 2030. Bagaimana bisa memanfaatkan sumber-sumber yang ada di dalam negeri yang potensinya masih besar ini," tutup Arifin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement