Ahad 02 Aug 2020 22:15 WIB

Juventus Juara dengan Statistik Terburuk Dalam 10 Tahun

Juventus hanya meraih dua kemenangan dari delapan pertandingan terakhir.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Israr Itah
Pemain Juventus berselebrasi setelah memenangkan gelar Serie A (Scudetto) untuk musim kesembilan berturut-turut di stadion Allianz di Turin, Italia, Ahad (26/7/2020).
Foto: EPA-EFE/ALESSANDRO DI MARCO
Pemain Juventus berselebrasi setelah memenangkan gelar Serie A (Scudetto) untuk musim kesembilan berturut-turut di stadion Allianz di Turin, Italia, Ahad (26/7/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Pesta di Stadion Allianz, Turin, boleh saja membuat para fan Juventus tersenyum lebar. Namun, dalam sembilan musim berturut menjadi kampiun, 2019/2020 merupakan catatan terburuk Bianconeri di bawah pelatih Maurizio Sarri.

Juventus dimahkotai trofi Serie A Italia untuk sembilan musim beruntun setelah mengalahkan Sampdoria 2-0 di Stadion Allianz pada 26 Juli. Pasukan Sarri merebut Scudetto dengan dua pertandingan tersisa, tetapi harus menerima kritikan jika musim ini bukanlah bentuk penampilan terbaik mereka.

Baca Juga

Hasil yang tak konsisten saat bertemu rival utama mereka, Inter, Atalanta dan SS Lazio di posisi empat besar klasemen. Bahkan, Nyonya Tua hanya meraih dua kemenangan dari delapan pertandingan terakhir, dan menyelesaikan kampanye dengan kekalahan beruntun melawan Cagliari dan Roma.

"Sedikit rasa takut dapat membantu kami. Setelah mengalahkan Lazio kami merasa gelar juara telah dimenangkan dan kami mengalami penurunan mental," kata Sarri kepada wartawan dilansir Goal International, Ahad (2/8).

Hingga pekan ke-38 Juve menyelesaikan musim dengan perolehan angka 83 dari 26 kemenangan, lima imbang, dan tujuh kekalahan. Paulo Dybala dan kolega hanya terpaut satu poin di atas Inter Milan di peringkat kedua.

Alhasil, pencapaian angka yang dikumpulkan Juve merupakan poin terendah selama satu dekade terakhir. Selain itu, rasio kebobolan mereka juga lebih banyak yakni 43 kali, jauh di atas Inter Milan yang hanya kemasukan 36 gol.

Lebih buruk lagi, tim yang berbasis di Piemonte, Turin telah kehilangan 21 poin dari tujuh kekalahan, lebih banyak daripada tim pemenang gelar lainnya dalam sejarah Serie A, mengalahkan rekor kehilangan 20 poin AS Roma yang dibuat pada 1982/1983 silam.

Di sisi lain, Sarri juga gagal mengawinkan Scudetti ke-36 Juve dengan satu di antara dua kompetisi elite Coppa Italia atau Piala Super Italia. Tim Zebra kalah dari Napoli pada final Coppa Italia, dan dipermalukan Lazio di ajang Piala Super Italia.

Namun, rapor kurang memuaskan Sarri di Allianz, Turin bisa saja dilupakan banyak penggemar Bianconeri. Asalkan, pelatih asal selatan Italia itu sukses mempersembahkan titel Liga Champions bagi Nyonya Tua.

Pasalnya, Juventus telah menunggu selama 24 tahun hanya untuk mengangkat si kuping lebar. Terakhir kali Biaconeri menjuarai Liga Champions pada 1996 silam.

Kini fokus Sarri membawa Juventus membalikkan keunggulan saat berjumpa Olympique Lyon pada leg kedua 16 besar Liga Champions di Stadion Allianz, Turin, 8 Agustus mendatang. Jika berhasil membalikan defisit satu gol kontra Lyon, Juventus akan berhadapan dengan pemenang pada laga Real Madrid versus Manchester City.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement