Kamis 23 Jul 2020 21:51 WIB

Hubungan Antara Covid-19 dan Sindrom Guillain-Barre

Sindrom Guillain-Barre harus dipertimbangkan pada pasien Covid-19 ototnya melemah.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Penanganan pasien Covid-19 (ilustrasi). Kasus-kasus Guillain-Barre Syndrome tampak pada pasien Covid-19.
Foto: AP
Penanganan pasien Covid-19 (ilustrasi). Kasus-kasus Guillain-Barre Syndrome tampak pada pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa laporan menunjukkan kemungkinan hubungan antara infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) dan sindrom Guillain-Barre, sebuah sindrom neurologis langka. New England Journal of Medicine membahas bagaimana lima pasien di wilayah utara Italia didiagnosis dengan kondisi neurologis dalam lima hingga 10 hari, setelah timbulnya gejala Covid-19.

Laporan tersebut mengatakan, pasien Covid-19 menunjukkan kelemahan dan parestesia yang dimulai pada kaki mereka dan terus berkembang selama empat hari, menyebabkan beberapa pasien memerlukan ventilator dan mengalami kelumpuhan. Para penulis penelitian mengatakan bahwa ini mirip dengan sindrom Guillain-Barre (GBS), yang terjadi setelah seseorang terkena penyakit dari infeksi virus Epstein-Barr dan Zika.

Baca Juga

Para penulis mengatakan pasien Covid-19 menerima imunoglobulin intravena dan satu juga menerima pertukaran plasma. Setelah satu bulan, dua pasien tetap berada di Unit Perawatan Intensif (ICU) dengan ventilator. Sementara itu, dua lainnya menerima perawatan terapi fisik untuk kelumpuhan dan yang lainnya keluar berjalan secara mandiri.

Sebuah laporan dari Iran menggambarkan temuan serupa. Terdapat dua kasus dilaporkan melibatkan laki-laki yang didiagnosis dengan GBS setelah mengeluhkan kondisi lemah dan paresthesia yang ekstrem beberapa hari setelah mereka dinyatakan positif Covid-19.

Hingga para pria pulih, penulis laporan menyarankan sindrom Guillain-Barre harus dipertimbangkan pada pasien dengan kelemahan otot setelah infeksi virus corona jenis baru. Phil Harris, ketua Departemen Rehabilitasi Medis di Rumah Sakit Brookdale di Brooklyn, New York mengatakan bahwa sindrom Gullain-Barre adalah proses autoimun yang memengaruhi saraf dan berpotensi akson saraf. 

Harris mengungkapkan bahwa penyakit ini menyerang saraf. Penderita akan merasakan sensasi abnormal, kelemahan, dan kemungkinan lumpuh.

Harris mengatakan Guillain-Barre terdeteksi melalui beberapa tes, termasuk di antaranya adalah studi electrodiagnostic. Namun, dalam kasus di mana akson saraf terlibat, ia dapat menyebabkan kelumpuhan yang berkepanjangan dan memengaruhi otot-otot pernapasan.

Harris yang juga merupakan seorang ahli fisioterapi mengatakan bahwa dirinya telah melihat gejala-gejala neurologis, seperti kelemahan pada tangan dan kaki yang terkait dengan pasien yang pulih dari Covid-19 di kliniknya. Ia juga mencatat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan karena para profesional kesehatan menemukan virus tampaknya memengaruhi lebih dari sekadar paru.

"Covid-19 mengenai berbagai sistem dan menyerang dengan cara yang berbeda," jelas Harris, seperti dikutip dari Fox News.

Lebih lanjut, Harris mengatakan bagaimana virus dapat mempngaruhi sistem pembuluh darah dengan pembekuan darah, serta proses inflamasi, dan jalur neurologis. Ia menyebut banyak komplikasi terkait dengan respons inflamasi tubuh manusia yang luar biasa terhadap Covid-19.

"Telah dilaporkan kasus-kasus Guillain-Barre dalam kaitannya dengan infeksi Covid-19," kara Fred Davis, kepala asosiasi departemen kedokteran darurat di Northwell Health Long Island Jewish Medical Center di Long Island, New York.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement