Kamis 11 Jun 2020 12:49 WIB

Duel Klasik Madrid-Barca dan Ironi Papan Bawah La Liga

Kompetisi elite La Liga Spanyol 2019/2020 bakal kembali bergulir.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Agung Sasongko
logo liga spanyol
Foto: fantasy-liga
logo liga spanyol

REPUBLIKA.CO.ID,  MADRID -- Kompetisi elite La Liga Spanyol 2019/2020 bakal kembali bergulir pascapandemi virus corona. Hajat sepak bola tertinggi Negeri Matador direncanakan berlangsung pada Jumat (12/6) dini hari WIB nanti.

Menjelang comeback La Liga, beberapa hal menarik tentang perebutan gelar, tiket lolos zona Eropa, dan siapa saja yang lengser dari kompetisi liga musim ini menarik untuk dibahas. Seperti dilansir BBC Sport, Kamis (11/6), persoalan menarik pertama adalah persaingan klasik antara Real Madrid dan Barcelona dalam merebut titel juara liga.

Baca Juga

Real Madrid memenangi edisi kedua El Clasico musim ini dengan skor 2-0 pada 2 Maret 2020 untuk memimpin klasemen dengan koleksi angka 56. El Real hanya unggul satu angka atas Barcelona yang menempati kursi kedua.

Namun, petaka hadir pada pekan selanjutnya. Anak asuh Zinedine Zidane harus rela menelan kekalahan saat berkunjung ke markas Real Betis, sedangkan rival abadi mereka menang meyakinkan dari Real Sociedad di Estadio Camp Nou. Praktis, Barca memimpin klasemen dengan nilai 58, selisih dua angka dari Madrid, sebelum kompetisi ditangguhkan karena pandemi corona.

Hal menarik kedua adalah perlombaan lima tim besar untuk memperebutkan tiket Liga Champions alias posisi empat besar klasemen. Tangga ketiga saat ini ditempati oleh Sevilla, yang akan membuka laga comeback La Liga melawan rival sekota, Real Betis. Los Rojiblancos, julukan Sevilla, dibayang-bayangi Real Sociedad maupun Getafe. Keduanya sukses mengejutkan tim-tim lain di kompetisi La Liga, termasuk Atletico Madird yang tersingkir dari tiga besar klasemen.

Di sisi lain, Getafe secara luas dianggap jelek, tetapi efektif. Pelatih Barca Quique Setien pernah mengamuk bahwa gaya mereka yang kasar membuatnya geram. Namun, tim Jose Bordalas bermain dengan kekuatan mereka lebih baik daripada siapa pun dan pantas mendapatkan pujian besar untuk memanfaatkan apa yang mereka miliki.

Di antara 11 pekan pertandingan sisa, ada 17 pertemuan antara tim-tim yang masih bersaing memperebutkan empat besar klasemen. Bahkan, pada pekan pemungkas Sevilla akan menjamu Valencia, Athletic Bilbao bertandang ke markas Granada, sementara Atletico Madrid menghadapi Sociedad di Estadio Wanda Metropolitano yang bukan tidak mungkin masih bakal memainkan peran dalam perebutan tiket ke Liga Champions.

Di sisi lain, persaingan papan bawah begitu ironi. Tak seperti rival sekotanya yang bersaing memperebutkan gelar juara, kisah Espanyol di Liga Spanyol musim ini bak sebuah film horor. Setelah musim lalu finis di urutan ketujuh dan memperoleh tiket fase kualifikasi Liga Europa, tim asal Kota Barcelona itu harus kehilangan entrenador Rubi, yang dibajak oleh Real Betis.

Delapan pekan Liga Spanyol berjalan, pelatih baru Gallego dipecat setelah Espanyol terpuruk di urutan ke-19 hanya dengan satu kemenangan. Kiprah mereka di Liga Europa pun hanya berhenti di babak play-off.

Penggantinya, Pablo Machin, juga tak bernasib lebih baik, hanya menambah satu kemenangan, tetapi membuat Espanyol terpuruk ke dasar klasemen dengan 10 poin. Dia dipecat pada 23 Desember 2019.

Espanyol lantas menunjuk Abelardo Fernandez sebagai entrenador baru. Kendati tak beranjak dari posisi juru kunci ketika liga ditangguhkan karena pandemi, dalam sembilan pertandingan yang dipimpinnya Abelardo bisa menghasilkan jumlah poin yang setara dari total raihan Gallego dan Machin dalam 18 pertandingan.

Di atas kertas, Espanyol hanya butuh melunasi defisit tujuh poin untuk mengamankan diri dari degradasi ke Divisi Segunda. Namun, dari sisa 11 pertandingan yang dimiliki, Espanyol masih harus bertemu dua pesaing gelar juara, yakni Barcelona dan Real Madrid.

Ditambah lagi, Espanyol harus menghadapi sejumlah tim yang tengah naik daun performanya seperti Getafe, Valencia, dan Real Sociedad. Kemungkinan terburuk Espanyol harus kembali terdegradasi dari La Liga setelah terakhir kali pada musim 1992/1993. Selain Espanyol, Leganes, Real Mallorca, Celta Vigo, dan Eibar berpeluang turun kasta apabila mereka tak mampu tampil gemilang pada sisa musim ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement