Rabu 10 Jun 2020 09:59 WIB

China Peringatkan Mahasiswanya tak Kembali ke Australia

China menyebut mahasiswanya melaporkan insiden diskriminasi di Australia

Rep: Dwina Agustin/Puti Almas/ Red: Nur Aini
Mahasiswa di Australia, ilustrasi
Foto: abc
Mahasiswa di Australia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China memperingatkan agar mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri, khususnya Australia untuk mempertimbangkan kembali niat tersebut. Hal itu karena adanya laporan sejumlah insiden diskriminasi yang menargetkan orang-orang keturunan Asia di Negeri Kangguru. 

Kementerian Pendidikan China dalam sebuah pernyataan bahwa siswa yang bersiap untuk belajar di luar negeri harus melakukan penilaian risiko yang baik dan berhati-hati dalam memilih untuk pergi atau kembali, khususnya ke Australia untuk belajar. Di negara itu, dilaporkan banyak insiden diskriminasi terjadi selama pandemi virus corona jenis baru (Covid-19). 

Baca Juga

“Selama pandemi, Australia telah menyaksikan banyak insiden diskriminasi yang menargetkan orang-orang keturunan Asia," ujar Kementerian Pendidikan China dalam sebuah pernyataan, dilansir The Guardian, Selasa (9/6).

Peringatan tersebut muncul ketika hubungan antara China dan Australia telah mencapai titik terendah dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, Australia memimpin permintaan untuk penyelidikan independen tentang asal-usul wabah virus corona jenis baru, yang pertama kali terdeteksi di Negeri Tirai Bambu, tepatnya di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, pada Desember 2019 sebelum kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Menanggapi desakan Australia untuk penyelidikan, China telah memperingatkan warganya dapat memboikot barang dan jasa Australia. Kementerian kebudayaan dan Pariwisata China juga mengeluarkan peringatan perjalanan bagi para warga untuk pergi ke Australia di mana mereka mungkin menjadi sasaran serangan bermotif rasial, yang disebabkan oleh kemarahan atas pandemi.

Peringatan dari Kementerian pendidikan China akan mengintensifkan kegelisahan universitas-universitas Australia saat ini. Sektor universitas baru-baru ini merilis model yang mengklaim akan kehilangan hingga 16 miliar dolar AS pada 2023 karena dampak Covid-19.

Banyak universitas yang sedang berjuang karena serangkaian perubahan, termasuk penutupan perbatasan yang berdampak pada pendaftaran internasional. Siswa luar negeri memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kelangsungan hidup banyak universitas Australia. Sebuah analisis yang baru-baru ini dilakukan oleh dua akademisi Universitas di Melbourne menemukan bahwa tujuh universitas Australia mengalami risiko tinggi dan dapat menghadapi krisis uang tunai sebagai akibat dari penurunan pendapatan dari mahasiswa internasional.

Universitas lain yang termasuk dalam daftar risiko tinggi di antaranya adalah Monash University, RMIT, University of Technology Sydney, Central Queensland University, Southern Cross University, dan Canberra University. Laporan tersebut menemukan bahwa lembaga-lembaga tersebut memiliki cadangan uang tunai yang relatif tipis untuk menghadapi penurunan besar dalam pendapatan karena siswa internasional menurun. Beberapa universitas memperoleh hingga 36 persen dari pendapatan mereka dari siswa internasional.

Menteri Perdagangan Australia, Simon Birmingham, mengatakan pemerintahnya telah menetapkan proses untuk memberantas rasisme. "Kami adalah negara yang tidak mentoleransi (terhadap rasisme)," katanya kepada Australian Broadcasting Corp.

Birmingham mengaku, negaranya memang tidak nol insiden. Namun, pemerintahan dengan segala upaya akan menekan risiko tidak aman bagi orang yang datang ke negara tersebut.

Hubungan antara Australia dan China menegang sejak Canberra mengusulkan penyelidikan internasional tentang asal-usul virus corona di China menjadi pandemi global. China pun membuat langkah untuk mengancam, termasuk menekan dalam bidang pendidikan dan perdagangan.

China telah mengenakan tarif impor selai Australia dan memblokir beberapa impor daging sapi. Meskipun, Beijing membantah tindakannya itu terkait dengan perselisihan Covid-19. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement