Selasa 09 Jun 2020 17:46 WIB

Alasan Mengapa Kita tidak Boleh Cela dan Salahkan Waktu

Rasulullah SAW mengajarkan umatnya tak mencela waktu.

Anak menunggu waktu berbuka puasa/ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Anak menunggu waktu berbuka puasa/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه لا تسبُّوا الدهر، فإنَّ الله هو الدهر 

Baca Juga

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Janganlah kamu sekalian mencerca zaman, karena zaman itu adalah Allah (artinya: Allah yang membuat ketentuan-ketentuan dan menggerakkannya)". (HR. Muslim). 

 

Penjelasan: 

Dalam hidup, tidak semua yang diinginkan akan kita dapatkan. Bahkan, lebih banyak yang tidak kita inginkan justru yang akan kita dapatkan. Karena itu, apapun situasinya atau segawat apapun keadaannya, kita harus siap dan berani menghadapinya, termasuk menghadapi perubahan zaman. 

Melalui hadits tersebut di atas, Rasulullah SAW secara tersirat mengungkapkan bahwa kita harus siap menghadapi perubahan zaman.

Cercaan dan kutukan yang kita luapkan, akan menunjukkan ketidakmampuan dan ketidaksiapan kita dalam menghadapi perubahan tersebut. Perubahan adalah keniscayaan. Ia adalah sunnatullah yang pasti akan terjadi. 

Evelyn Waugh mengatakan, "Change is the only evidence of life". Benar, perubahan adalah satu-satunya bukti kehidupan. Karena itu, kita tidak diwajibkan untuk melawan atau mencerca perubahan zaman. Kita "hanya" diwajibkan untuk mampu membaca perubahan tersebut dan tentunya mampu mengoptimalkan semua potensi diri untuk menyongsongnya.

Sayangnya banyak orang yang sama sekali tidak menyadari perubahan zaman tersebut. Mereka baru tersadar manakala zaman telah menggilas hidupnya. Allah SWT "jauh-jauh hari" telah mengingatkan agar kita mempersiapkan diri menghadapi setiap perubahan. 

Allah  berfirman:  يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18). 

Jadi, kesanggupan membaca perubahan zaman adalah sebuah keniscayaan dalam hidup. Setidaknya ada dua keuntungan yang akan kita peroleh dari kemampuan tersebut.

Pertama, kita akan lebih siap, baik secara mental maupun spiritual, dalam menghadapi segala kemungkinan. Kedua, kita akan mampu merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapinya. 

Strategi ini akan lebih hebat manakala kita memiliki visi (pandangan) yang jelas tentang hidup. Insya Allah, siapapun kita tidak akan terpuruk oleh perubahan zaman, tatkala kita memiliki kepekaan untuk membacanya. 

Imam Ali bin Abi Thalib pernah mengungkapkan, "Barang siapa merasa aman terhadap zaman, maka zaman itu akan menipunya; barang siapa berbangga dengan zaman, maka zaman itu akan merendahkannya; dan barang siapa mampu membaca tanda-tanda zaman, maka zaman itu akan menyelamatkannya".   

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement