Sabtu 06 Jun 2020 19:15 WIB

Kepada Alumni Timteng, UAS Ungkap Syarat Negeri Makmur

UAS mengungkapkan pelajaran kemakmuran negeri Saba'

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
UAS mengungkapkan pelajaran kemakmuran negeri Saba'. Ilustrasi Ustadz Abdul Somad
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
UAS mengungkapkan pelajaran kemakmuran negeri Saba'. Ilustrasi Ustadz Abdul Somad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Dewan Pakar Jaringan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI), Ustadz Abdul Somad (UAS) memberikan tausiyah singkat dengan tema 'Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur'

Tausiyah itu disampaikan saat Halal bi Halal Nasional JATTI bersama Tokoh Nasional dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Timur Tengah pada Sabtu (6/6).  

Baca Juga

"Saya membaca surat Saba’ Ayat 15, dari ayat 15 ini dapat kita tarik kesimpulan ada (beberapa) syarat untuk menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara sejahtera dengan limpahan rahmat Tuhan Mahapengampun) berdasarkan surat Saba Ayat 15," kata Ustaz Somad saat Halal bi Halal Nasional JATTI secara daring, Sabtu (6/6).  

Ustadz Somad mengatakan, syarat menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur memiliki kekuasaan yang disegani lawan dan kawan serta kekuasaan yang bisa melindungi. Bukan kekuasaan yang menjadi lelucon, tragedi, dan komedi.   

Menurutnya, hari ini kekuasaan hanya mampu membuat tertawa masyarakat yang sedang sakit dan lapar. Hari ini kekuasaan hanya menjadi guyonan. Sehingga tidak cukup memenuhi syarat pertama menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.   

Ustadz Somad menjelaskan, bercerita tentang Saba mengingatkan tentang cerita Ratu Bilqis. Sehebat-hebatnya Saba dan Bilqis tapi ada yang lebih hebat. Karenanya Bilqis mengikuti kekuasaan Nabi Sulaiman.

"Karena ketika Nabi Sulaiman berkuasa tidak ada semut yang terinjak, orang kalau mempunyai kekuasaan, semut pun tidak kelaparan," ujarnya.  

Ia mengatakan, kalau pemimpin bisa melindungi binatang maka berpindahlah kekuasaan dari Saba ke Palestina. Maka pemimpin kedepannya harus bisa melindungi manusia dan binatang. Maka syarat menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, masyarakatnya mesti tenang.  

Tapi bagaimana masyarakat bisa tenang kalau tidak tahu apa yang akan dia makan ke depan. Bagaimana masyarakat menjadi tenang kalau melihat pekerja asing bisa masuk dan lalu-lalang sementara mereka mau ke masjid saja sulit.  

Ustadz Somad melanjutkan, Allah SWT menyebutkan kebesaran negeri Saba ada kebun di kiri dan kanan saja. Indonesia lebih hebat dari Saba’ karena gemah ripah loh jinawi. "Tapi yang terjadi kita tidak bisa menikmati itu semua, emas kita siapa yang ambil? Batu bara kita siapa yang menikmati?," ujarnya. 

Ia menceritakan, saat ceramah di Madura dibawa  jamaah ke tepi laut. Mereka menunjukan tumpukan seperti gunung berwarna putih di tepi laut. Mereka mengatakan itu adalah garam tapi tidak bisa dijual karena Indonesia mengimpor garam. 

Ustadz Somad menegaskan, maka syarat menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, kebun-kebun dan kekayaan alamnya dapat dinikmati dan dimakan.  

Ia juga menjelaskan, mengapa doa-doa tidak dikabulkan karena masih memakan makanan yang haram. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam tapi pertumbuhan bank syariah hanya 7 persen.  

Ustadz Somad juga mengingatkan bahwa syarat menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur bersyukur kepada Allah. Inilah peran JATTI menjadikan pemimpin yang pandai bersyukur.  

Ia menegaskan, pemimpin yang bersyukur bukan hanya melaksanakan maulid Nabi, Isra Miraj, sholat dan tarawih untuk direkam dan dibagikan di media. Pemimpin yang bersyukur adalah pemimpin yang bisa menjaga amanah.  

"Masyarakat yang bersyukur bukan masyarakat yang larut tenggelam dalam zikir dan sholawat saja, masyarakat yang bersyukur adalah masyarakat yang mampu berperan sesuai dengan kemampuannya masing-masing," ujar Ustadz Somad. 

Ustadz Somad mengatakan, bersyukurlah atas nikmat Allah SWT. Itulah syarat-syarat menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur menurut surat Saba’ Ayat 15.  

Halal bi Halal Nasional JATTI bersama Tokoh Nasional dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Timur Tengah dihadiri sejumlah tokoh. Di antaranya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Din Syamsuddin dan lain-lain.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement