Jumat 15 May 2020 03:19 WIB

WHO Peringatkan Krisis Kesehatan Mental Selama Pandemi

WHO memperingatkan kondisi pandemi corona dapat mengganggu kesehatan mental

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Perempuan depresi (Ilustrasi). WHO memperingatkan kondisi pandemi corona dapat mengganggu kesehatan mental.
Foto: Pixabay
Perempuan depresi (Ilustrasi). WHO memperingatkan kondisi pandemi corona dapat mengganggu kesehatan mental.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan krisis penyakit mental meningkat ketika jutaan orang di seluruh dunia dikelilingi oleh kematian dan penyakit. Terlebih lagi masyarakat global terbebani dengan paksaan melakukan isolasi, menghadapi bayang-bayang kemiskinan, dan kegelisahan akibat pandemi virus korona.

"Isolasi, ketakutan, ketidakpastian, kekacauan ekonomi, mereka semua menyebabkan atau dapat menyebabkan tekanan psikologis," kata Direktur Departemen Kesehatan Mental WHO Devora Kestel.

Baca Juga

Kestel mengatakan, peningkatan jumlah dan tingkat keparahan penyakit mental mungkin bisa terjadi. Pemerintah harus menempatkan masalah tersebut di depan dari respons yang akan dilakukan.

"Kesehatan mental dan kesejahteraan seluruh masyarakat telah sangat dipengaruhi oleh krisis ini dan merupakan prioritas yang harus segera diatasi," kata Kestel.

Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pedoman kebijakan tentang Covid-19 dan kesehatan mental menyoroti beberapa wilayah dan bagian masyarakat yang rentan terhadap tekanan mental. Mereka termasuk anak-anak dan remaja yang terisolasi dari teman dan sekolah serta petugas layanan kesehatan yang melihat ribuan pasien terinfeksi dan meninggal akibat virus corona.

Studi dan survei yang muncul sudah menunjukkan dampak Covid-19 pada kesehatan mental secara global. Para psikolog mengatakan, anak-anak cemas dan peningkatan dalam kasus depresi dan kecemasan telah tercatat di beberapa negara. Kekerasan dalam rumah tangga juga ikut meningkat dan petugas kesehatan melaporkan peningkatan kebutuhan akan dukungan psikologis.

Bagian lain di luar sektor kesehatan, laporan WHO mengatakan banyak orang yang tertekan oleh dampak kesehatan langsung dan konsekuensi dari isolasi fisik. Sementara banyak yang lain merasa takut akan infeksi, sekarat, dan kehilangan anggota keluarga.

Jutaan orang menghadapi kekacauan ekonomi, kehilangan, atau berisiko kehilangan pendapatan dan mata pencaharian. Sering mendapatkan informasi salah dan desas-desus serta ketidakpastian pandemi terjadi akan membuat orang merasa cemas dan putus asa tentang masa depan.

Kestel mengingatkan pemerintah setiap negara perlu mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut dalam pembuatan kebijakan. "Untuk mengurangi penderitaan besar di antara ratusan juta orang dan mengurangi biaya sosial dan ekonomi jangka panjang bagi masyarakat," ujarnya.

Salah satu yang dapat dilakukan dengan memperbaiki kekurangan investasi dalam layanan psikologis, menyediakan kesehatan mental darurat melalui terapi jarak jauh seperti tele-konseling untuk petugas kesehatan garis depan. Bekerja secara proaktif dengan orang-orang yang diketahui mengalami depresi dan kecemasan dan dengan orang yang berisiko tinggi menghadapi kekerasan dan kemiskinan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement