Ahad 03 May 2020 19:52 WIB

Sebagian Ventilator Produksi Indonesia Masih Uji Ketahanan

Setelah melalui uji ketahanan, ventilator akan diuji klinis dengan waktu satu pekan.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang P. S. Brodjonegoro mengatakan sebagian ventilator karya anak bangsa saat ini masih uji ketahanan sebagai tahap akhir sebelum digunakan untuk penanganan Covid-19. Setelah melalui uji ketahanan, ventilator akan diuji secara klinis dengan perkiraan memakan waktu selama sepekan.

Dia mengatakan, saat ini ventilator masih berada di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan untuk uji ketahanan (endurance). "Sehingga diharapkan pertengahan Mei ini kita sudah bisa melihat ventilator produksi Indonesia yang diproduksi oleh mitra industri," katanya dalam konferensi pers di Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Ahad (3/5).

Baca Juga

Untuk memproduksi ventilator tersebut, Kemenristek bekerja sama dengan beberapa BUMN dan pihak swasta. Sebanyak empat prototipe ventilator yang saat ini sudah melalui proses pengujian BPFK dan sedang diuji secara klinis adalah prototipe yang berasal dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta dari salah satu perusahaan swasta, PT. Dharma.

Menristek Bambang Brodjonegoro berharap, produksi ventilator tersebut ke depan dapat memenuhi kebutuhan dalam perang melawan Covid-19. Berdasarkan diskusinya dengan Kemenkes, dibutuhkan sekitar 1.000 ventilator jenis continuous positive airway pressure (CPAP) dan sekitar 668 ventilator jenis Ambu Bag.

"Nah, yang jenis Ambu Bag yang dibuat BPPT misalkan, itu bisa juga dipakai untuk ruang instalasi gawat darurat (IGD) atau ruang 'emergency' (gawat darurat). Jadi sangat membantu pasien yang kebetulan sedang berada dalam kondisi 'emergency'," katanya.

Sebagian dari ventilator lainnya, kata dia, dapat digunakan untuk pasien yang berada di ruang operasi sehingga penanganan pasien Covid-19 diharapkan dapat semakin optimal. "Ke depan kita akan mengembangkan juga ventilator yang nantinya bisa dipakai di intensive care unit (ICU) yang tentunya butuh waktu beberapa bulan untuk kami mengembangkan sehingga insyaallah satu saat kita akan bisa memproduksi ventilator untuk ICU yang dibuat di Indonesia," kata Bambang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement