Ahad 03 May 2020 08:45 WIB

Kuartal I, Laba Bukit Asam Turun 20,5 Persen

Pendapatan Bukit Asam didukung dari penjualan batu bara domestik Rp 3,3 triliun.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatra Selatan, Sabtu (5/11).PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih Rp 903,24 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Alat-alat berat dioperasikan di pertambangan Bukit Asam yang merupakan salah satu area tambang terbuka (open-pit mining) batu bara terbesar PT Bukit Asam Tbk di Tanjung Enim, Lawang Kidul, Muara Enim, Sumatra Selatan, Sabtu (5/11).PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih Rp 903,24 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih Rp 903,24 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Namun laba yang dibungkus perusahaan batu bara pelat merah ini turun 20,5 persen.

Direktur Utama PTBA, Arviyan Arifin menjelaskan pada periode yang sama tahun lalu perusahaan mampu membukukan laba sebesar Rp 1,13 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan pendapatan dan meningkatnya beban umum.

Baca Juga

"Pendapatan kami turun empat persen dari periode yang sama tahun lalu. Kuartal pertama tahun ini, kami membukukan pendapatan Rp 5,12 triliun," ujar Arviyan, Ahad (3/5).

Ia mengatakan, pendapatan ini didukung dari penjualan batu bara domestik sebesar Rp 3,3 triliun, penjualan batu bara ekspor sebesar Rp 1,8 triliun dan aktivitas lainnya sebesar Rp 87,2 miliar. Ini terdiri dari penjualan listrik, briket, minyak sawit mentah, jasa kesehatan rumah sakit dan jasa sewa.

Penurunan pendapatan terutama disebabkan oleh harga jual rata-rata batu bara yang turun sebesar 3,9 persen menjadi Rp 741.845 per ton dari Rp 772.058 per ton pada kuartal I 2019. Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan harga batu bara Newcastle sebesar 29,5 persen maupun harga batu bara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) GAR 5000 sebesar 6,9 persen dibandingkan harga rata-rata kuartal I 2019.

Untuk volume penjualan, tercatat naik 2,1 persen dari 6,6 juta ton menjadi 6,8 juta ton pada kuartal I 2020. Sementara dari sisi volume produksi mengalami sedikit kontraksi sekitar 2,8 persen yang disebabkan oleh curah hujan yang sangat tinggi, khususnya pada awal tahun.

Angkutan batu bara dengan menggunakan kereta api tercatat meningkat sebesar 12,1 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni dari 5,8 juta ton menjadi 6,5 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement