Jumat 13 Mar 2020 11:13 WIB

China dan Nepal Tutup Pendakian Gunung Everest karena Corona

China dan Nepal mengantisipasi penyebaran virus corona.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pegunungan Himalaya dengan Everest di puncaknya.(EPA)
Foto: EPA
Pegunungan Himalaya dengan Everest di puncaknya.(EPA)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China memutuskan menutup jalur pendakian menuju Gunung Everest menyusul kekhawatiran pandemi virus corona tipe baru atau Covid-19, Kamis (12/3) waktu setempat. Hal itu dilakukan menjelang musim pendakian gunung di puncak tertinggi dunia.

Musim semi tahun lalu, terdapat rekor 885 orang mencapai puncak Everest, 644 di antaranya dari Nepal dan 241 dari sayap utara everset di Tibet. Pada Jumat, Nepal juga resmi menutup jalur pendakian tersebut.

Baca Juga

"Pihak berwenang China telah memberi tahu kami bahwa gunung itu akan ditutup dari sisi utara," ujar Lukas Furtenbach dari Furtenbach Adventures dikutip Channel News Asia, Jumat.

Daerah wisata di Tibet juga telah ditutup sejak Januari. Perusahaan lain, Alpenglow Expeditions, telah membatalkan rencana untuk pendakian Everest.

"Saya setuju dengan keputusan China. Bertanggung jawab. Mendaki gunung saat ini tidak sebanding dengan risiko penularan di Base Camps, atau saat kembali ke rumah," kata Adrian Ballinger dari Alpenglow Expeditions.

Sementara, Pemerintah Nepal mengumumkan akan membatalkan seluruh izin pendakian mulai 14 Maret hingga 30 April. Menurut Kathmandu Post, Nepal menghasilkan 4 juta dolar AS dengan mengeluarkan izin pendakian Everest setiap tahun, selain dari pendapatan pariwisata yang lebih luas.

"Kami telah memutuskan untuk menghentikan semua visa turis hingga 30 April," kata Sekretaris Kantor Perdana Menteri Narayan Prasad Bidari dikutip BBC. "Sampai sekarang, semua izin yang dikeluarkan dan izin yang belum dikeluarkan untuk musim Everest 2020 akan dibatalkan," katanya menambahkan.

Pihaknya juga menyarankan orang asing yang tidak dapat menghindari datang ke Nepal dari 14 Maret untuk tinggal di karantina selama 14 hari. Biasanya, siapa pun yang ingin mendaki Everest perlu membayar 11 ribu dolar AS, meskipun ada pembicaraan oleh pemerintah untuk menaikkan angka ini.

Dana itu belum termasuk biaya yang biasanya dibayarkan kepada perusahaan perjalanan. Sherpa lokal yang bekerja sebagai pemandu gunung juga akan terpengaruh.

"Sembilan klien China dan klien Jepang saya sudah membatalkan. Banyak tim trekking tidak datang, yang merupakan kerugian besar bagi sherpa seperti kita yang menghasilkan sebagian besar uang kita selama waktu ini," kata direktur pelaksana Pioneer Adventure Lakpa Sherpa kepada BBC Nepal.

Everest menarik ratusan pendaki gunung dari seluruh dunia setiap musim semi ketika cuaca bagus terbuka antara akhir April dan akhir Mei. Kebanyakan pendaki berasal dari AS, India, China, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan. Itu merupakan salah satu sumber pendapatan utama bagi pemerintah Nepal.

Nepal sejauh ini hanya mencatat satu kasus yang dikonfirmasi dari virus corona. Nepal telah menangguhkan visa pada saat kedatangan untuk pengunjung dari delapan negara yang terkena wabah paling parah, yang berarti mereka harus mendaftar terlebih dahulu dan menyerahkan sertifikat kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement