Senin 09 Mar 2020 18:54 WIB

Muhammadiyah Sampaikan Pesan Damai Sambut Pilkada Serentak

Muhammadiyah menghargai proses demokrasi di Indonesia.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyatakan Pilkada 2020 serentak wujud demokrasi Indonesia yang dinamis.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyatakan Pilkada 2020 serentak wujud demokrasi Indonesia yang dinamis.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyambut baik setiap proses demokrasi khusus yang terjadi di Indonesia. Khususnya, dalam rangka menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) September 2020 mendatang.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengatakan Pilkada serentak merupakan proses demokrasi yang sangat dinamis. 

Baca Juga

Dia berpendapat, dalam sejarah republik Indonesia, mungkin era ini demokrasi menjadi demokrasi yang sangat terbuka. 

"Karena itu, proses demokrasi ini perlu kita apresiasi, tapi tentu saja demokrasi yang terbuka ini ada plus dan minusnya dalam kebangsaan kita," kata Haedar di Yogyakarta, Senin (9/3).

Dia menilai, Pilkada merupakan proses demokrasi yang hasilkan pimpinan atau kepala daerah. Diharap, membawa kemajuan bagi daerahnya, sekaligus penopang tegaknya Indonesia sebagai negara maju, adil, makmur, bersatu, dan berdaulat.

Haedar mengimbau dan mengajak seluruh elemen masyarakat dapat menjadikan Pilkada serentak ini sebagai usaha kolektif kita semua sebagai bangsa. 

Tujuannya, kata Haedar, tidak lain untuk mewujudkan cita-cita nasional. "Yakni, Indonesia yang benar-benar merdeka, bersatu, berdaulat, maju, adil dan makmur sebagaimana diletakkan fondasinya oleh para pendiri bangsa," ujar Haedar.

Dia menegaskan, Pilkada serentak harus jadi tonggak baru bagi pimpinan untuk mewujudkan cita-cita nasional di daerah masing-masing. Serta, di daerah itu menjadi wilayah Indonesia yang lebih berkembang pesat, dan yang berkemajuan.

Haedar berharap, Pilkada serentak jadi proses demokrasi yang membawa suasana damai, kondusif dan nilai-nilai kebaikan. Serta, semangat hidup rukun dalam perbedaan dan membawa ke kemajuan dalam spirit gotong-royong dan kebhinekaan.

Selaras, Haedar menyampaikan pesan agar dihindari proses-proses politik demokrasi yang menghalalkan segala cara. Seperti politik uang, melanggar hukum, ketertiban sosial dan menyalahi prinsip-prinsip demokrasi.

"Sehingga, Pilkada serentak tidak menciderasi proses reformasi dan demokrasi yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan," kata Haedar.

Selain itu, dia berpesan agar kontestasi dalam Pilkada serentak berlangsung sehat, mengikuti aturan main, taat azaz dan menjadikan proses demokrasi itu betul-betul berkualitas. Artinya, tidak sekadar jadi demokrasi prosedural.

Haedar mengingatkan, jangan sampai Pilkada serentak menciderai demokrasi dengan melahirkan sisa-sisa politik. Serta, kontestasi yang bersuasana kerusuhan, perseteruan, adu domba, fitnah, hoaks, dan rusaknya keutuhan.

Bagi mereka yang menang, dia mengimbau agar kemenangan itu harus dijadikan amanah yang luhur dan tidak perlu pesta pora kemenangan. Terlebih, sampai membuat pihak-pihak yang kalah mengalami perasaan sakit hati.

Sebaliknya, Haedar berharap mereka yang kalah dalam proses kontestasi untuk menerima jiwa yang besar dan lapang hati. Tidak perlu memercikan permusuhan, dan ketidakpuasan mengedepankan proses politik dan hukum. "Jangan yang dipakai itu anarkis," ujar Haedar. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement