Selasa , 06 Sep 2016, 11:15 WIB

Wisatawan Timur Tengah Kesengsem Atraksi Budaya Indonesia

Red: Dwi Murdaningsih
Google
Wisatawan Timur Tengah (Ilustrasi)
Wisatawan Timur Tengah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Wisatawan Timur Tengah hobi selfie dan mengabadikan atraksi budaya yang disuguhkan di setiap spot di sepanjang Starhill hingga Lot 10 Shopping Center. Mereka mampir di 7 spot Wonderful Indonesia di Street Festival Bukit Bintang, Kuala Lumpur.

Asdep Pengembangan Pemasaran Wilayah ASEAN Kemenpar, Rizki Handayani Mustafa mengatakan, pada saat yang bersamaan, di Putra Jaya Plasa, Kemenpar juga ikut dalam MATTA Travel Mart 2016, untuk kegiatan sales-nya. “Jadi nyambung, antara selling di Putra Jaya dengan branding di Bukit Bintang,” ujar Rizki.

Hampir setiap malam, kata Rizki, semua acara yang diadakan di pusat wisata dengan pasar Timur Tengah itu ramai disaksikan pengunjung. Hampir di semua sudut juga penuh dengan branding Wonderful Indonesia. Program yang dikonsep apik Kemenpar juga menuai banyak apresiasi dari pengunjung.

Tak hanya warga Malaysia dan wisman dari Timur Tengah yang disasar dari gebyar branding Wonderful Indonesia ini. Para ekspatriat dan wisatawan mancanegara (wisman) dari berbagai negara juga ikut menjadi sasaran. Yang mencolok, wisman asal Timur Tengah sangat kagum menyaksikan gelaran seni, budaya, dan pameran Wonderful Indonesia ini.

Para wisman Timur Tengah tersebut memanfaatkan momen menarik ini untuk memotret atraksi seni budaya yang ditampilkan, dan foto dengan para talent yang terlibat di dalamnya. Bahkan, tak sekadar menonton dan asyik berfoto selfie dan wifie, para wisman Timur Tengah juga aktif bertanya dan menggali info seputar acara berupa keragaman budaya Indonesia, termasuk destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.

Wisatawan Timteng dikenal sebagai wisman senang berlibur dengan waktu yang lama. Dari data Kemenpar, rata-rata mereka menghabiskan pengeluaran antara 1.500 dolar AS hingga 1.750 dolar AS per orang per kunjungan (visit). Sedangkan wisman dari kawasan lain sekitar 1.142 dolar AS per kunjungan.

Satu keluarga asal Arab Saudi, misalnya, tampak berbincang dengan para penari Jaranan Buto, seni tari dari Banyuwangi. Dengan bahasa Inggris patah-patah mereka menanyakan apa nama tari tersebut dan berasal dari mana. Setelah memperoleh jawaban, seorang di antaranya bergeser ke photo booth komodo yang disediakan panitia. Siapa saja bisa foto di sana dan gratis menerima hasil cetakan fotonya. Dia pun lantas minta difoto berlatar belakang komodo.

Hal sama juga dialami Yoseph, seniman tari, koreografi, asal Malang yang mengetengahkan kostum karnival bertema keindahan burung Indonesia. “Para wisman Timur Tengah itu ternyata antusias sekali lho sama pertunjukan kita. Mereka bilang kostumnya unik. Lalu mereka tanya lagi, dari mana, terbuat dari apa, maka maksud desain kostumnya. Saya jawab semua, dan sekalian saya terangkan yang saya tahu tentang Wonderful Indonesia. Habis itu mereka foto-foto,” kata Yoseph, yang telah beberapa kali menyabet juara kostum baik di dalam maupun luar negeri ini.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan, Indonesia Street Festival yang digelar di Bukit Bintang merupakan strategi efektif untuk mempromosikan Indonesia kepada publik di Malaysia. Bukit Bintang adalah jantung kota Kuala Lumpur, pusat tourism, tak hanya orang Malaysia.

Menpar Arief Yahya tertarik untuk mempelajari kebiasaan wisatawan Timur Tengah itu untuk dibuat di Indonesia. Baik di Ampenan Lombok, NTB, Manado, Sulawesi Utara dan Jakarta. Entah mana yang cocok, dan ada investor yang cepat menangkap ide ini.

 

baca juga: Indonesia Street Festival Kepung Kawasan Bukit Bintang