Selasa , 24 Nov 2015, 20:02 WIB

Petani Tebu Jabar Butuh Dana Segar Rp 140 Miliar

Rep: lilis handayani/ Red: Taufik Rachman
Republika/Adhi Wicaksono
Petani memeriksa kebun tebu miliknya di kawasan Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Sabtu (15/2).
Petani memeriksa kebun tebu miliknya di kawasan Wates, Kulon Progo, Yogyakarta, Sabtu (15/2).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Menghadapi musim giling 2016, para petani tebu rakyat di Jabar membutuhkan dana segar untuk kebutuhan modal produksi sebesar Rp 140 miliar. Mereka berharap, pihak perbankan bisa memenuhi kebutuhan modal tersebut sepenuhnya.

Besaran modal itu berdasarkan perhitungan kebutuhan dana pinjaman dari program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) Tebu Rakyat. Program KKPE merupakan program dari pemerintah yang memberikan subsidi bunga pinjaman bank untuk modal usaha sejumlah komoditas, salah satunya tebu rakyat.

Sekretaris Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat, Haris Sukmawan mengakui adanya kekhawatiran di kalangan petani tebu di Jabar mengenai ketersediaan dana segar untuk modal usaha tebu rakyat dari program KKPE. Pasalnya, berdasarkan informasi yang diterima APTRI Jabar, alokasi pinjaman dari program KKPE untuk tebu rakyat di Jabar pada 2016 hanya Rp 77 miliar atau kurang Rp 63 miliar dari total kebutuhan modal sebesar Rp 140 miliar.

''Kalau modalnya kurang, ya akan bisa bakal menghambat produksi tebu,'' kata pria yang biasa disapa Wawan itu, Selasa (24/11).

Wawan berharap, pihak perbankan yang menjadi penyalur kredit program KKPE Tebu Rakyat bisa mengucurkan pinjaman modal yang kebutuhan para petani tebu. Diharapkan, hal itu bisa membantu pencapaian target produksi.
 
Selain permasalahan modal, tebu rakyat di Jabar juga dihadapkan pada masalah berkurangnya lahan tebu, terutama di Kabupaten Cirebon yang merupakan sentra tebu. Hal itu menyusul kerugian yang dialami petani tebu dalam beberapa tahun terakhir akibat rendahnya rendemen dan harga gula serta gempuran gula impor.
 
Dalam kesempatan terpisah, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar, Anwar Asmali menyebutkan, semula, lahan tebu di Kabupaten Cirebon mencapai sekitar 15 ribu hektare. Namun saat ini, luasnya hanya tinggal kurang lebih 7.000 hektare.
‘’Pengurangan luas lahan tebu ini terjadi sejak dua tahun lau,’’ ujar Anwar.
 
Anwar menjelaskan, berkurangnya luas lahan tebu itu dikarenakan para petani tebu selalu merugi. Mereka akhirnya mengalihkan penanaman tebu ke komoditas budidaya tanamannya lainnya, seperti jagung, singkong maupun padi.
 
Menurut Anwar, dalam beberapa tahun terakhir ini, para petani tebu selalu mengalami kerugian. Hal itu dikarenakan rendahnya tingkat rendemen maupun harga gula dan ditambah gempuran gula impor.
 
Dalam dua tahun terakhir, tingkat rendemen hanya di kisaran kurang dari tujuh persen. Meski tahun ini tingkat rendemen meningkat menjadi 7,2 persen, namun dinilai masih jauh dibawah daerah lain, seperti Jatim, yang tingkat rendemennya mencapai sembilan persen.


Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan