REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sastrawan dan budayawan dari lima negara, Indonesia, Brunei, Malaysia, Thailand dan Singapura, menggelar seminar bertajuk Local Color and Local Wisdom. Acara tersebut digelar di University Club Universitas Gadjahmada Yogyakarta, Ahad (20/11).
Sesjen MPR Ma'ruf Cahyono mengatakan, kebhinekaan tidak hanya mengenai suku dan ras. Tetapi kebhinekaan pada masa sekarang adalah kebhinekaan yang mampu menyongsong segala nilai yang masuk dalam konteks globalisasi dan digitalisasi, yang membuat dunia tanpa batas tanpa jarak. ''Indonesia harus mampu mengantisipasinya, kebhinekaan kita diperkaya dengan ini,'' kata Ma'ruf.
Aji Sulaeman, seorang penulis nasional Melayu negara Brunei menegaskan, dalam bahasa Brunei mereka tidak boleh menonjolkan hal yang buruk. Tapi menonjolkan yang baik, karena hak baik lebih banyak dari hal buruk. Hanya saja, hal buruk seringkali digunakan sebagai senjata sengketa. ''Jangan terperangkap pada hal ini,'' ujarnya. Karya-karya Aji yang terkenal antara lain, Islam Beraja dan empat buku puisi terkenal di Brunei, Pemasyhuran, Istri Kekasih, Berlabuh di Gigi Pantai dan Kain Buruk Jangan Cedaikan ini.