Monday, 20 Syawwal 1445 / 29 April 2024

Monday, 20 Syawwal 1445 / 29 April 2024

Petani Bawang Keluhkan Ketimpangan Harga Jual di Pasaran

Selasa 02 Feb 2016 14:00 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Winda Destiana Putri

Bawang

Bawang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perwakilan petani bawang merah, mengeluhkan adanya ketimpangan harga jual bawang dari petani dengan harga dipasaran.

Akibatnya, nasib petani bawang mengalami ketidakjelasan pendapatan.

Belum lagi, biaya produksi yang masih mahal membuat para petani semakin tercekik. Bibit bawang pun harus diperoleh melalui impor, karena pemerintah belum siap untuk menyiapkan bibit sendiri.

"Problem kita, setelah panen raya harganya ambruk. Dari petani Rp 8 ribu perkilo di Brebes, namun di pasaran harganya sudah Rp 40 ribu," kata Umar Jahidin, Wakil petani Bawang merah, saat bertemu dengan ketua MPR Zulkifli Jasan, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (2/2).

Padahal, pada 2015, ternyata Indonesia merupakan konsumen terbesar bawang merah di dunia. Satu sisi itu merupakan kesempatan bagi petani, karena bawang merah lokal Indonesia juga sudah banyak yang diekspor, karena kualitasnya bagus.

Hanya saja, dari kebutuhab bawang Indonesia sebesar 1,6 ton. Indonesia hanya mampu memenuhi kebutuhan sebanyak 65 persen, sementara 35 persennya impor.

Petani berharap ada bantuan dana tunda jual dari pemerintah, kemudahan sertifikasi bibit, serta bantuan yang tepat sasaran. Karena selama ini, petani mengeluhkan adanya penyimpanan oknum pemerintah dalam memberikan bantuan.

Penyimpanan tersebut seperti tidak tepatnya waktu pemberian bibit, yang seharusnya diberikan pada musim tanam, tapi didistribusikan pada musim panen. Lalu, yang menyakiti petani bawang adalah bagaimana pemerintah 'mengakali' bantuan, yang harusnya diberi bawang untuk bibit, namun yang diberikan bawang untuk konsumsi.

Ada beberapa wilayah sentra pertanian bawang di Indonesia, diantaranya di Brebes, Nganjuk, Majalengka, Jawa timur, Bima, dan Sumbawa.

Ketua MPR Zulkifli Hasan mengakui, nasib petani itu serba gelap. Tidak ada kejelasan mengenai hasil yang mereka dapat, muali dari panen hingga harga jual.

''Petani itu, pergi gelap, pulang gelap, badan gelap, rezeky juga gelap,'' katanya.

Karena itu, Zulkifli mengatakan, perlu ada jembatan antara petani dan konsumen, agar keuntungan yang didapat petani seimbang dengan harga produksi. Sebab, selama ini yang membuat harga bawang merah mahal adalah berkuasanya tengkulak dalam transaksi bawang.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler