Friday, 9 Zulqaidah 1445 / 17 May 2024

Friday, 9 Zulqaidah 1445 / 17 May 2024

Ketua MPR: Indonesia Sulit Swasembada Pangan

Rabu 10 Jun 2015 17:36 WIB

Rep: Yulianingsih/ Red: Bayu Hermawan

Ketua MPR Zulkifli Hasan (kanan) didampingi Rektor Universitas Muhammadiyah, Muharrir Asy'ary, (kiri) memperlihatkan batu cincin di tangannya disela kegiatan seminar sehari di Universitas Muhammadiyah, Banda Aceh, Rabu (27/5).

Ketua MPR Zulkifli Hasan (kanan) didampingi Rektor Universitas Muhammadiyah, Muharrir Asy'ary, (kiri) memperlihatkan batu cincin di tangannya disela kegiatan seminar sehari di Universitas Muhammadiyah, Banda Aceh, Rabu (27/5).

Foto: Antara/Ampelsa

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Zulkifli Hasan mengatakan sangat sulit bagi Indonesia dalam bisa melakukan swasembada pangan dalam waktu dekat.

Bahkan menurutnya hal itu nyaris tidak mungkin, mengingat penyusutan lahan pertanian yang terus terjadi di Indonesia. Selain itu kerusakan saluran irigasi dan waduk juga terus terjadi.

"Boleh saja, kita saat ini berteriak tak perlu lagi impor pangan. Kenyataan, komoditas beras, gandum, gula, kedelai, dan bahan pangan lain, hingga sekarang pun masih impor," katanya saat menjadi pembicara dalam seminar 'Kedaulatan Pangan untuk Kemandirian Bangsa, dari Yogya untuk Indonesia', di kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Rabu (10/6).

Zulkifli melanjutkan, sulit untuk berbicara peningkatan produktivitas pangan jika setiap tahun lahan pertanian menyusut. Begitu pula pembangunan infrastruktur irigasi. Sudah direncanakan pembangunan sejumlah waduk, memang.

"Namun, sementara ini yang kita dengar justru kerusakan waduk atau penyusutan fungsi irigasi. Jadi, sekali lagi, swasembada pangan masih sangat jauh," ujarnya.

Dari sisi distribusi pupuk ke petani juga masih belum beres. Kepemilikan lahan pertanian saat ini rata-rata hanya 0,3 hektar per KK (kepala keluarga).

Bibit unggul juga belum ditemukan secara baik sehingga kata dia, tidak mungkin bagi para petani dengan lahan sempit akan berani melakukan inovasi.

Bahkan mungkin, karena tak menguntungkan lagi, lahan mereka justru dijual. Akhirnya dikonversi untuk kepentingan lain di luar pertanian. Kondisi inilah yang membuat Zulkifli pesimis Indonesia bisa melakukan swasembada pangan dalam waktu dekat.

Sementara itu Ketua MPM PWM DIY Dwi Kuswantoro mengatakan, banyak hal ironis di negeri ini menyangkut swasembada maupun kedaulatan pangan.

"Sungguh suatu ironi jika kita bicara swasembada pangan, hanya diartikan sebagai bebas dari impor beras. Padahal, kita saat ini masih seratus persen mengimpor gandum. Begitu pula kita masih harus mengimpor bahan pangan yang lain," katanya.

Salah satu solusi yang bisa dilakukan, mengurangi ketergantungan pada beras. "Dengan kata lain, kita harus melakukan diversifikasi pangan. Harus mulai dilirik bahan pangan non beras maupun gandum," katanya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler