Monday, 20 Syawwal 1445 / 29 April 2024

Monday, 20 Syawwal 1445 / 29 April 2024

Kesejahteraan Petani Kunci Kemakmuran Bangsa

Rabu 08 Apr 2015 16:36 WIB

Rep: c84/ Red: Dwi Murdaningsih

Petani sedang memanen padi di Desa Keyongan, Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (27/2).

Petani sedang memanen padi di Desa Keyongan, Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (27/2).

Foto: Antara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesejahteraan petani merupakan kunci utama dalam mencapai kedaulatan pangan. Hal ini diutarakan langsung Wakil Ketua MPR Oesman Sapta dalam sambutannya saat membuka acara Kongres dan Rakernas HKTI di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (8/4).

"Tanpa memiliki kedaulatan pangan tidak mungkin Indonesia menjadi hebat. Dengan pangan yang berdaulat, maka sebagian besar persoalan bangsa ini akan teratasi," ujarnya.

Menurut Oesman, mengatasi persoalan pangan diperlukan adanya konsolidasi yang kuat antara semua pemangku kepentingan bidang pertanian mulai dari pemerintah, legislator, partai politik, akademisi, dan pakar, serta berbagai perkumpulan petani. Ia menambahkan, HKTI selalu komitmen untuk membantu perjuangan pemerintah yang menginginkan adanya kedaulatan pangan.

"Dalam perjuangannya, HKTI selalu melakukan pendekatan 5 S, yaitu Strategi, Structure, Skill, Sistem, dan Speed. Dengan pendekatan tersebut diharapkan mampu menyelesaikan persoalan dengan cara yang efektif, efisien, dan terukur," lanjut Oesman.

Ia menegaskan, fokus utama HKTI ialah terus memperjuangkan perbaikan kesejahteraan, mengangkat harkat, martabat, dan derajat kaum tani pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Oesman menambahkan, salah satu indikator Indonesia maju adalah apanila para petaninya hidup makmur. Ia menegaskan, jika para petani belum makmur, Indonesia makmur hanyalah mimpi semata.

Mirisnya kesejahteraan para petani, lanjutnya, diperparah dengan semakin berkurangnya lahan pertanian di Indonesia. Dia menyarankan agar diadakannya reformasi agraria demi terwujudnya program swasembada pangan.

"Jangan ada dusta diantara kita. Banyak yang bilang gampang swasembada pangan, namun buktinya impor masih dibuka dan ini semakin mempersulit para petani."

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler