Bulan Ramadhan, Umat Diimbau Kendalikan Diri

Rep: my31/ Red: Fernan Rahadi

Senin 27 Apr 2020 18:02 WIB

Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, H Hamim Ilyas Foto: dokpri Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, H Hamim Ilyas

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Bulan suci Ramadhan 1441 Hijriyah telah tiba. Sayangnya, Ramadhan tahun ini bakal kehilangan tradisi dan kemeriahan ibadah. Pandemi virus Corona atau Covid-19 membuat umat Islam tidak boleh menjalankan ibadah dan berbagai tradisi Ramadhan di masjid, tapi harus dilakukan di rumah saja.

Kendati demikian, berbagai pembatasan itu tidak boleh menjadi penghalang bagi umat untuk mengisi Ramadhan dengan berbagai ibadah wajib dan sunah. Selain itu, spirit puasa harus tetap dijadikan ruang untuk melatih diri dengan tetap menjaga jarak dengan nafsu serta membatasi emosi negatif dan provokasi.

Wakil Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, H Hamim Ilyas mengatakan bahwa dengan puasa orang diharapkan untuk bisa mengendalikan dirinya. “Bahwa kemudian ada Covid-19 maka menyikapinya harus secara proporsional. Seperti misalnya untuk  mencegah penularan infeksi Covid-19 itu maka dilakukan pembatasan sosial, maka umat islam pun harus melakukan pembatasan sosial, jangan melanggar,” ujar Hamim Ilyas di Yogyakarta, akhir pekan lalu.

Hamim juga mengatakan bahwa organisasi besar seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Muhammadiyah pun juga telah mengeluarkan fatwa, bahwa untuk Qiyamu Ramadhan atau salat tarawih di rumah saja di tengah pandemi corona. 

“Masyarakat harus memperhatikan juga protokol kesehatannya untuk mencegah penularan Covid ini seperti fatwa yang juga telah dikeluarkan oleh MUI dan Muhammadiyah untuk sementara melakukan salat tarawih di rumah,” tutur Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu.

Hamim mengungkapkan bahwa puasa itu sebetulnya harus ada hasilnya yaitu takwa, termasuk kesadaran diri itu. “Seperti dalam QS Al-Baqarah ayat 183 bahwa sebetulnya puasa itu ada hasilnya. Hasilnya adalah la'allakum tattaqun yaitu takwa. Kalau di dalam Al Quran, takwa salah satu pengertiannya adalah prinsip kesadaran. Jadi orang yang melakukan puasa itu supaya berhasil puasanya maka dia harus memiliki kesadaran baru dari puasanya itu,” jelasnya.

Hamim melanjutkan, kalau selama ini ada yang kurang bersyukur maka dengan puasa kemudian mendapatkan kesadaran baru, bahwa orang tersebut harus bersyukur dengan anugerah yang diterima. Misalnya seperti mata yang bisa berkedip dimana banyak orang tidak menyadari bahwa mata berkedip itu adalah anugerah yang besar.

“Saya pernah nonton di televisi ada seorang wanita di Amerika sakit mata tidak bisa berkedip lalu berobat habis 1 Juta dolar, kalau di kurs kan ke rupiah 1 dollar 14 ribu itu berarti untuk berobat dia habis 14 miliar. Ini kan kesadaran baru bahwa kita harus banyak bersyukur,” kata dosen Magister Studi Islam tersebut.