Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Aktualisasi 'Etika Kehidupan Berbangsa' Lewat Pembudayaan

Kamis 01 Jun 2017 03:13 WIB

Rep: Ali Mansur/ Red: Didi Purwadi

Ketua MPR Zulkifli Hasan (kedua kanan), Ketua DPD Oesman Sapta Odang (kanan), Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat (kedua kiri), Ketua Komisi Yudisial Aidul Fitriciada (kiri) hadir saat pembukaan Konferensi Nasional Etika Kehidupan Berbangsa.

Ketua MPR Zulkifli Hasan (kedua kanan), Ketua DPD Oesman Sapta Odang (kanan), Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat (kedua kiri), Ketua Komisi Yudisial Aidul Fitriciada (kiri) hadir saat pembukaan Konferensi Nasional Etika Kehidupan Berbangsa.

Foto: Republika/Yasin Habibi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Emeritus Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Kaelan, menjadi pembicara kedua setelah Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Din Syamsuddin, dalam Konfrensi Nasional 'Etika Kehidupan Berbangsa' di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (31/5). Dalam pemaparannya, Kaelan mengatakan agar aktualisasi kehidupan berbangsa itu menjadi perbuatan dalam bentuk tindakan tindakan yang kongkret dan tepat.

Pada dasarnya, menurut Kaelan, ada dua bentuk realisasinya yaitu bersifat statis dan bersifat dinamis. Statis dalam pengertian intinya atau esensinya yaitu nilai-nilai yang bersifat rokhaniah dan universal. Sehinga merupakan ciri khas dan karakter yang bersifat tetap dan tidak berubah.

Sementara, bersifat dinamis dalam arti bahwa aktualisasinya senantiasa bersifat dinamis inovatif. Aktualisasinya sesuai dengan dinamika masyarakat, perubahan, serta konteks lingkungannya. "Misalnya dalam konteks lingkungan kenegaraan, sosial, politik, hukum kebudayaan, pendidikan, ekonomi, hankam, kehidupan kegamaan, LSM, organisasi masa, seni, bahkan lingkungan dunia IT, internet dan konteks lingkungan masyarakat lainnya,"papar Kaelan, di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (31/5).

Oleh karena itu, lanjut Kaelan, arah kebijakan aktualisasi 'Etika Kehidupan Berbangsa' dilakukan melalui proses internalisasi dan pembudayaan. Proses aktualisasi harus diikuti dengan strategi serta metode yang relevan dan memadai. Hal ini berdasarkan realitas objektif bahwa subjek dan objek internalisasi dan aktualisasi itu adalah manusia dan dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara.

Selain itu subjek etika kehidupan berbangsa adalah manusia baik sebagai warga negara, anggota masyarakat, mahasiswa, pelajar, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh politik, elite negara serta warga negara lainnya. "Oleh karena itu, dalam proses internalisai dan aktualisasi harus diterapkan strategi yang relevan serta metode yang efektif," ungkapnya.

Kemudian internalisasi tidak hanya dalam suatu situasi pendidikan formal saja, melainkan juga lingkungan pendidikan informal, nonformal, maupun lingkungan masyarakat lainnya. Terlebih lagi sebagaimana dijelaskan di depan internalisasi dilakukan dalam berbagai macam konteks lingkungan masyarakat. Sehingga strategi dan metode yang diterapkan harus sesuai dengan lingkungan sosial masyarakat, tingkat pengetahuan masyarakat serta karakteristik masyarakat.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler