Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Mulai Memudar

Jumat 29 Apr 2016 17:25 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Dwi Murdaningsih

Mahyudin.

Mahyudin.

Foto: MPR

REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Wakil Ketua MPR Mahyudin mengatakan, sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) berbeda dengan penataran P4 pada masa Orde Baru. Kalau dulu, kata dia, penataran Pancasila ada pola 45 jam sampai dengan 100 jam.

"Namun, sosialisasi Empat Pilar hanya beberapa jam dengan maksud untuk merefresh kembali dan tidak menguji," kata Mahyudin, saat memberi pengantar sosialisasi Empat Pilar MPR RI di depan kelompok petani dan peternak yang tergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Boyolali, serta organisasi masyarakat, pelajar dan mahasiswa, di Pendopo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (29/4).

Sosialisasi yang menghadirkan narasumber Hardisoesilo (anggota MPR Fraksi Partai Golkar) merupakan kerjasama MPR dan HKTI Boyolali dan Kesbangpol Kabupaten Boyolali, dihadiri sekitar 300 orang menjadi peserta sosialisasi ini.

Menurut Mahyudin, sosialisasi Empat Pilar MPR ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. Apalagi, Pancasila memiliki arti strategis. Sebagaimana Bung Karno menggali dan merumuskan dalam lima sila.

"Kalau lima sila diperas menjadi gotong royong. Inilah yang mulai terkikis di negeri ini," ujarnya.

Pancasila, lanjut Mahyudin, tidak perlu dipelajari karena sudah ada dalam diri setiap orang Indonesia. Belum lagi, tantangan rakyat semakin berat yaitu dengan memudarnya nasionalisme, radikalisme dan individualisme yang semakin menguat.

"Karena itu MPR concern menjelaskan Empat Pilar kepada masyarakat," ucapnya.

Ia mencontohkan, kasus Zaskia Gotik yang melecehkan lambang negara, menjadi tanda lampu merah bagi bangsa Indonesia. Kalau tidak memahami kebangsaan Indonesia maka menjadi lampu merah.

"Siapa yang bisa menjamin Indonesia bisa bertahan 100 sampai 200 tahun ke depan? Negara besar seperti Uni Soviet, Yugoslavia, bisa terpecah," kata dia.

Agar Indonesia bisa bertahan, kata Mahyudin, tidak ada jalan lain kecuali menanamkan nilai-nilai Pancasila, semangat gotong royong dalam diri kita terutama generasi muda bahwa kita adalah satu nusa dan satu bangsa.

"Jangan main-main dengan ideologi bangsa. Bangun nasionalisme, kebersamaan, dan gotong royong," katanya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler