Kamis 10 Dec 2020 19:25 WIB

UNS akan Gelar Kuliah Tatap Muka

UNS tidak menggelar tes cepat bagi dosen dan karyawan sebelum kuliah tatap muka

Rep: Binti Sholikah/ Red: Nur Aini
Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jamal Wiwoho, meninjau pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) hari pertama di kampus UNS, Ahad (5/7).
Foto: Humas UNS
Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Jamal Wiwoho, meninjau pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) hari pertama di kampus UNS, Ahad (5/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo akan menyelenggarakan kuliah tatap muka pada semester genap tahun ajaran 2020/2021. Kuliah tatap muka digelar dengan menerapkan standardisasi protokol kesehatan Covid-19 dam standardisasi operasional pendidikan.

Rektor UNS Jamal Wiwoho, mengatakan, pimpinan universitas telah melakukan rapat untuk menetapkan kebijakan perkuliahan semester genap.

Baca Juga

"Intinya semster depan UNS mulai membuka diri dengan sistem pembrlajaran luring. Namun tidak semuanya luring, hanya kami lakukan untuk semeater II dan semester akhir," kata Jamal saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (10/12).

Jamal menjelaskan, standarisari protokol kesehatan pencegahan Covid-19 wajib diterapkan selama kuliah tatap muka. Di antaranya, masuk ke kampus/gedung dicek suhu tubuh, mencuci tangan, memakai masker, mengatur jarak kursi, serta tidak menggunakan pendingin ruangan.

Selain itu, juga diterapkan standarisasi operasional pendidikan, di antaranya, kapasitas maksimal 50 persen dari jumlah mahasiswa dalam satu program studi (prodi). Jika satu prodi ada 100 mahasiswa, maka yang masuk hanya 50 persen, dan sisanya mengikuti kuliah dari rumah. Rinciannya, pemilik nomor induk mahasiswa (NIM) ganjil masuk di tahap awal sampai dengan mid semester. Selanjutnya, pemilik NIM genap masuk kuliah tatap muka dari mid semester sampai akhir semester. Dari 50 mahasiswa tersebut dibagi menjadi dua kelas, maksimal 25 orang di setiap ruang.

"Itu sifatnya pilihan dan harus ada persetujuan orang tua. Kalau tidak mau ikut luring tidak apa-apa," ungkapnya.

Di samping itu, kuliah tatap muka dibatasi maksimal 30 menit untuk 1 SKS dan dalam satu hari maksimal dua kali mata kuliah. Sehingga diharapkan tidak ada aktivitas berdesak-desakan antara mahasiswa yang hendak kuliah dan yang ingin pulang. Mahasiswa yang telah selesai kuliah diimbau langsung pulang dan tidak boleh bergerombol.

"Kami sudah mengumpulkan seluruh wakil dekan I untuk standardisasi persyaratan-persyaratan yang kami harapkan bisa berjalan di pertengahan atau pekan ketiga Januari," ungkapnya.

Jamal menyatakan, UNS tidak menggelar tes cepat (rapid test) bagi dosen dan karyawan sebelum pelaksanaan kuliah tatap muka. Alasannya, biaya yang berat dan pelaksanaan rapid test dikhawatirkan menimbulkan kerumunan.

Meski demikian, pengecekan suhu tubuh setiap orang yang masuk ke UNS dan masuk gedung di fakultas dianggap sebagai indikator. Nantinya, jika suhu tubuh di atas 37,2 derajat Celsius, maka tidak diperbolehkan masuk area kampus UNS. Selain itu, jika nantinya ditemukan kasus Covid-19 pada civitas akademika, maka kuliah tatap muka dihentikan sementara.

Saat ini, naskah yang memuat kebijakan tersebut masih disusun oleh pimpinan universitas. Rencananya, dalam satu dua hari ke depan bakal diteken oleh Rektor.

Jamal yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) tersebut menambahkan, dirinya baru saja mengundang Rektor PTN untuk membahas kebijakan perkuliahan semester genap. Dia meminta kepada seluruh rektor PTN agar mengambil kebijakan secara hati-hati.

"Ada yang belum siap, seperti Universitas Pattimura di Ambon karena kasus Covid-19 di sana trennya naik dan mahasiswanya antar pulau. Tapi kemarin banyak sekali yang menyatakan sudah siap. Kami harapkan dengan kuliah tatap muka nanti tidak ada klaster kampus," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement