TGB: Mereka yang Berpuasa dengan Baik Pasti Jadi Orang Saleh

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah

Selasa 05 May 2020 00:50 WIB

TGB Zainul Majdi  menyatakan puasa mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang saleh. Foto: Republika TV/Havid Al Vizki TGB Zainul Majdi menyatakan puasa mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang saleh.

EPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Hubungan puasa dan kesalehan sangat kuat. Orang yang berpuasa dengan baik, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, dijanjikan akan mendapat derajat ketakwaan. 

Ketua Umum Pengurus Pusat Nahdlatul Wathan (NW), Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, ketakwaan kalau dipahami dalam konsep para ulama adalah implementasi dari kesalehan yang sesungguhnya. Kata saleh merujuk pada sesuatu yang baik atau sumber yang baik. Sehingga dari sana mengalir segala macam kebaikan termasuk kesalehan sosial. 

Baca Juga

 

Menurut dia, implementasi kesalehan dalam kehidupan adalah takwa, jadi ketakwaan dalam dua sisi melaksanakan tuntunan agama dalam kehidupan dan meninggalkan segala macam yang tidak baik. 

 

“Takwa itu medium yang sangat vital untuk mencapai kesalehan yang nyata," kata Tuan Guru Bajang saat diwawancarai Republika.coid, Rabu (22/4).

 

Dia mengatakan, jadi dengan melaksanakan puasa dengan baik pasti seseorang akan menjadi orang saleh. 

 

Mantan gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) ini juga menjelaskan tentang puasa fikih, yakni puasa yang memenuhi rukun dan syarat puasa. Di antaranya tidak makan dan minum serta melakukan perbuatan yang membatalkan puasa mulai dari pagi hingga petang.

 

Kalau melaksanakan puasa secara fikih bisa dikatakan tanggungjawab puasa sudah selesai. Tapi melaksanakan puasa secara fikih saja itu akan sulit mengubah karakter seseorang menjadi karakter yang lebih baik.

 

"Jadi kesalehan tidak serta merta akan terwujud hanya dengan puasa sescara fikih, Rasulullah selain memberi tuntunan bagaimana puasa secara fikih dilaksanakan, beliau juga memberikan keteladanan bagaimana menunaikan puasa dengan sebaik-baiknya lahir dan batin," ujarnya.

 

Maka Rasulullah menyampaikan puasa adalah sesuatu yang menjadi penahan diri. Kemudian diberi ilustrasi bila sedang puasa jangan mengucapkan perkataan yang tidak baik, cabul, dan menyakiti orang lain.  

 

"Diilustrasikan Rasulullah, kalau ada orang yang mencela dan mengajak untuk konflik, katakan kepadanya saya puasa, ini artinya Rasulullah mengajarkan dan membuka wawasan kita bahwa puasa tidak sekadar secara fikih saja," jelas Tuan Guru Bajang.

 

Dia mengatakan, kalau mau puasa Ramadhan menghasilkan kesalehan, maka laksanakan puasa secara fikih dan pastikan agar ruh, semangat serta esensi puasa selalu ada pada diri seorang Muslim.

Itulah yang bisa menghasilkan resonansi sosial, puasa bisa menciptakan diri yang lebih stabil dan membersihkan ruang publik. Karena orang-orang bisa menahan diri dari berbicara yang tidak baik serta tidak perlu.