Ahad 04 Mar 2018 14:03 WIB

Program Digital Amoeba PT Telkom Kian Berkembang

Dari 60 rintisan usaha peserta saat program dimuali Januari 2017, tersisa 17.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Chief Human Capital Officer PT Telkom Herdy R. Harman (kelima kanan) di sela-sela helatan Forum Human Capital Indonesia 2017 di Jakarta. Program Digital Amoeba PT Telkom, yakni program internal digital startup, diperteguh agar makin kuat sistemnya (Ilustrasi)
Foto: Republika/Arie Lukihardianti
Chief Human Capital Officer PT Telkom Herdy R. Harman (kelima kanan) di sela-sela helatan Forum Human Capital Indonesia 2017 di Jakarta. Program Digital Amoeba PT Telkom, yakni program internal digital startup, diperteguh agar makin kuat sistemnya (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Program corporate innovation lab PT Telkom Indonesia, Digital Amoeba, semakin berkembang setelah setahun berjalan. Hal ini ditandai dengan mulai diserapnya aplikasi oleh unit kerja BUMN Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) tersebut.

Menurut CEO Digital Amoeba Fauzan Feisal, dari 60 rintisan usaha peserta saat program dimulai Januari 2017, tersisa saat ini 17 perusahaan siap beroperasi dengan beberapa di antaranya sudah digunakan Telkom Group. Rintisan yang masih bertahan antara lain Usight, SmartEye, Kiwari, Emago, Geekpro, Ketitik, Open Trip, Helio, KitaIna, Pometera, Pasarkoe, dan lainnya.

"Bagi kami, tidak ada istilah kegagalan dengan berkurangnya jumlah start up internal," ujar Fauzan, Sabtu (3/3). Justru, kata dia, program ini membuka mata dan wawasan semua divisi tentang bagaimana membangun bisnis digital. Yakni, bagaimana bertransformasi dari perusahaan telekomunikasi jadi perusahan digital.

Di sisi lain, aplikasi yang sudah digunakan antara lain Zoomin yang sudah digunakan oleh 6-8 Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel). Yakni  aplikasi pemberian poin apresiasi pada teknisi Telkom yang memperbaiki sarana TIK kepada pelanggan.

Kemudian, kata dia, ada Arkademia, yakni aplikasi pembelajaran yang sudah digunakan Telkom Corporate University (Corpu) serta aplikasi Ketitik yang digunakan oleh Divisi Goverment Service PT Telkom yang fokus pada layanan TIK pemerintahan.

Menurut Fauzan, sisa dari 17 produk lainnya juga siap bersinergi dengan Telkom Group maupun umum sekalipun tak seluruhnya dibuat dalam upaya membuat mesin keuntungan baru. Tapi, banyak juga yang bersifat menekan pengeluaran secara sistematis. 

Fauzan mengatakan, keberhasilan lain tergambar dari kehadiran 30 internal startup baru pada hajatan corporate innovation lab tersebut. Sebagian dari mereka adalah founder yang sebelumnya tidak lanjut dikarenakan kendala aspek teknis maupun non teknis. Beberapa masih terus ingin berinovasi, kemudian masuk start up lain sehingga pengalamannya sangat membantu.

"Di Digital Amoeba ini sih bukan sebuah kegagalan, tapi proses belajar yang harus disyukuri dan malah dirayakan," katanya.

Hal tersebut, kata dia, dikarenakan semua yang terlibat  berharap potensi perusahaan ke depannya bisa berkembang. Saat ini, 80 persen founder dari Digital Amoeba berasal dari generasi Y dan milineal sementara sisanya X gen (kelahiran tahun 70-an), bahkan ada yang nyaris pensiun.

Sebelumnya pada akhir tahun lalu, kata Fauzan, agar sistem inovasi dalam program Digital Amoeba lebih tangguh, maka program dibuat enam batch selama satu tahun. Dalam satu batch tersebut, maksimum ada 15 tim.

Tim itu, kata dia, normal inovasinya satu tahun, ada dua batch. Tapi kalau ingin buat sistem tangguh, maka harus perbanyak batch. Dengan target tersebut, dalam satu tahun maksimum 90 tim bergabung dalam Digital Amoeba.

Inovasi para startup tersebut, kata dia, berkisar pada new product and service serta inovasi operasi bisnis. Untuk new product service, para startup menghasilkan produk baru yang bisa dijual Telkom. Sedangkan inovasi operasi bisnis membuat aplikasi untuk meningkatkan kinerja para teknisi Telkom.

Inovasi lainnya yang dikembangkan startup Digital Amoeba, menurut Fauzan, adalah pemantau perangkat. Selama ini, pegawai yang bertugas memantau perangkat harus manual memonitor sejumlah layar karena masing-masing perangkat berbeda vendor. Dengan alat yang dihasilkan startup Amoeba, monitor dapat dilakukan dalam satu layar.

Fauzan mengatakan, untuk tahapan startup Amoeba hampir mirip dengan Indigo, melalui customer validation, product validation, business model validation, dan market validation. "Tapi ini masih kami review. Kami ingin prosesnya lebih lean (ramping, red). Misalnya baru 20 persen bisa langsung launching," katanya.

Ke depannya, PT Telkom akan disaring menjadi 15 startup terbaik yang akan diberikan injeksi modal, proses inkubasi, bahkan tak menutup kemungkinan menjadi anak perusahaan tersendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement