Selasa 27 Mar 2018 21:10 WIB

Asian Games 2006, Rentetan Kontroversi di Tanah Jazirah

Kembalinya Asian Games ke tanah Arab membuat acara pembukaan bak sebuah pesta besar.

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Endro Yuwanto
Upacara pembukaan Asian Games 2006 di Doha, Qatar.
Foto: wikipedia.org
Upacara pembukaan Asian Games 2006 di Doha, Qatar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah lebih dari tiga dekade, Asian Games akhirnya kembali ke tanah Arab di tahun 2006. Kota Doha, Qatar, menjadi tempat digelarnya Asian Games edisi ke-15 tersebut.

Sebelum digelar di Qatar, terakhir kali negara asal Tanah Jazirah yang menjadi tuan rumah Asian Games adalah Iran. Kala itu, Ibu Kota Iran, Teheran menggelar Asian Games tahun 1974.

Sayang, kembalinya Asian Games ke Timur Tengah tidak dimaksimalkan dengan baik oleh penyelenggara. Sejumlah ketidaksiapan panitia dalam menggelar pesta olahraga empat tahunan ini pun melahirkan kontroversi bahkan tragedi.

Upacara Pembukaan Super Megah Bernuansa Arab

Kembalinya Asian Games ke tanah Arab membuat upacara pembukaan bak sebuah pesta besar. Dibuka oleh Emir (pemimpin tertinggi) Qatar, Hamad bin Khalifa Al Thani, upacara dilakukan di Khalifa International Stadium pada tanggal 1 Desember.

Gelaran yang disaksikan oleh 50 ribu lebih penonton di dalam stadion ini dihadiri oleh pemimpin negara-negara Timur Tengah kala itu. Seperti Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyeh, dan Presiden Suriah, Bashar Assad. Kehadiran para pemimpin Arab berpengaruh ini menjadi bentuk penegasan adanya kebanggaan bisa mengembalikan Asian Games ke Tanah Jazirah.

Qatar sangat ingin membuat negara lain kagum dengan upacara pembukaan yang mereka adakan. Konduktor yang terlibat dalam upacara pembukaan Olimpiade 2000, David Atkins bahkan direkrut untuk mewujudkan hal tersebut.

Untuk merayakan kembalinya Asian Games ke Timur Tengah, Qatar memasukkan banyak unsur ke Arab-araban dalam upacara pembukaan yang mereka gelar. Negara kaya dengan cadangan minyak melimpah ini seolah ingin menunjukkan bahwa Tanah Jazirah tetaplah bagian dari Asia meski punya budaya jauh berbeda.

Saat itu, Asian Games 2006 pun digadang-gadang akan jadi gelaran pesta olahraga Benua Kuning paling sukses sepanjang masa. Anggapan tersebut juga didukung oleh kesediaan seluruh anggota Dewan Olimpiade Asia (OCA) untuk mengikuti Asian Games.

Untuk pertama kalinya 45 negara anggota OCA mau mengikuti Asian Games secara bersamaan. Ini membuat Asian Games 2006 diikuti oleh banyak atlet hingga mencapai 9.520. Ribuan atlet ini bertarung dalam 39 cabang olahraga dari 1 Desember hingga 15 Desember.

BACA JUGA: Asian Games 2006, Rentetan Kontroversi di Tanah Jazirah (2)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement