Rabu 06 Jul 2016 08:25 WIB
Tradisi Mudik Lebaran

Menelusuri Jejak Mudik dalam Tradisi Muslim Indonesia

Syawalan atau halal bihalal Idul Fitri (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Syawalan atau halal bihalal Idul Fitri (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Joko Sadewo

Cerita tentang kemacetan saat mudik Lebaran adalah kisah yang terus berputar dari waktu ke waktu. Setiap tahun hampir semua orang yang mudik selalu mengeluhkan macetnya mudik. Tapi sepertinya mereka tak pernah kapok untuk mengulang lagi perjalanan mudik yang diiringi dengan kemacetan.

Tanpa bermaksud melakukan pembelaan terhadap pemerintah yang setiap tahun gagal mengantisipasi kemacetan, tapi begitulah fenomena mudik di Indonesia. Pergerakan jutaan manusia yang bergerak dari tanah perantauan menuju kampung halaman dalam satu waktu yang bersamaan, senantiasa memunculkan persoalan bernama kemacetan.

Sampai-sampai muncul permakluman dari sebagian masyarakat kita, dengan munculnya pernyataan-pernyataan seperti, "Kalau gak macet bukan mudik namanya...". Atau pernyataan 'Kalau gak macet ya pulang aja di hari libur biasa'.

Tapi sekali lagi bukan masalah kemacetan yang ingin penulis sampaikan di tulisan ini. Penulis hanya ingin memberikan gambaran bagaimana bersemangatnya masyarakat Indonesia untuk mudik saat lebaran. Bahwa persoalan kemacetan, capek di jalan, uang habis saat mudik, tidak membuat surut hasrat masyarakat kita untuk mudik Lebaran.

(Baca Juga: Sejarah Mudik Lebaran Dimulai dari Kerajaan Majapahit)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement