Rabu 28 Dec 2016 07:00 WIB

Pedagang Cina Bersekutu dengan VOC Jajakan Narkoba di Indonesia

Pabrik Candu di Batavia.
Foto:
Indonesia Darurat Narkoba (ilustrasi)

Tidak seperti sekarang ini, di mana pecandu narkoba (narkotik dan obat-obatan) sudah begitu meluar. Sampai-sampai disinyalir peredaran narkoba sudah menjalar ke murid-murid SD. Tidak heran kalau Menteri Koperasi Yustika Baharsjah minta para hakim untuk berani menindak tegas para pengedarnya.

Kalau perlu mereka di-dor atau dihukum mati saja. Pihak kolonial Belanda bukan hanya menyediakan tempat lokalisasi para pemadat. Bahkan, tidak tanggung-tanggung sampai-sampai membangun pabrik candu. Lokasinya sekarang kira-kira sebelah kiri Fakultas Kedokteran UI di Salemba, Jakarta Pusat. Menurut sejumlah orang tua di Jalan Kenari, dekat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pabrik ini menghasilkan candu berwarna hitam bulat seperti tablet.

Kalau sekarang ini seruan-seruan para pendidik dan juga ulama tidak digubris oleh para remaja penggemar narkoba, tidak demikian halnya pada masa lalu. Seperti dituturkan Abdul Rasyid, seorang tua di Jl Kenari, ketika pabrik ini beroperasi tidak ada satu pun warganya yang pernah menjadi kecanduan obat haram ini.

“Para ulama ketika itu, memfatwakan bahwa madat itu haram dan harus dijauhi. Karena itu, orang yang beragama Islam tidak ada yang berani mengisapnya,” kata Abdul Rasyid.

Besarnya pengaruh ulama pada masa penjajahan lalu juga diungkapkan Hilmi, mantan warga Gang Madat. “Berkat seruan ulama, tidak ada orang kite (Indonesia) yang sampai mengisap madat, “ ujarnya.

Ada yang lucu yang diceritakan oleh Abdul Rasyid, warga Gang Kenari, “Burung-burung yang bertengger di tiang-tiang listrik dekat pabrik candu akan teler, tiduran, dan tidak bergairah pada hari Ahad. Yakni, saat pabrik tutup. Burung-burung baru bergairah kembali hari Senin, saat pabrik dibuka kembali.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement