Senin 13 Nov 2023 17:12 WIB

Prospek Utang AS Jadi Negatif, Akibat Biayai Israel?

Defisit kas negara AS akan tetap besar karena beban bunga utang yang juga naik.

 Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden (kanan) dan Janet Yellen, di teater The Queen, Selasa, 1 Desember 2020, di Wilmington, Del.
Foto: AP/Andrew Harnik
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden (kanan) dan Janet Yellen, di teater The Queen, Selasa, 1 Desember 2020, di Wilmington, Del.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Moody's pada Jumat (10/11/2023) menurunkan prospek peringkat kredit AS menjadi "negatif" dari "stabil" dengan alasan defisit fiskal yang besar dan penurunan keterjangkauan utang.

Penurunan prospek utang AS oleh Moody's langsung menuai kritik dari Pemerintahan Joe Biden. Langkah ini menyusul penurunan peringkat negara tersebut oleh lembaga pemeringkat lainnya, Fitch, pada tahun ini, yang terjadi setelah berbulan-bulan terjadi kisruh politik seputar plafon utang AS.

Baca Juga

Belanja federal dan polarisasi politik meningkatkan kekhawatiran investor, sehingga berkontribusi terhadap aksi jual dan membawa harga obligasi pemerintah AS ke level terendah dalam 16 tahun.

"Sulit untuk tidak setuju dengan alasan tersebut, karena tidak ada ekspektasi yang masuk akal untuk konsolidasi fiskal dalam waktu dekat," kata Kepala Ekonom AS di Natixis, Christopher Hodge, dikutip Reuters.

"Defisit akan tetap besar dan karena biaya bunga mengambil porsi lebih besar dalam anggaran, beban utang akan terus bertambah," ungkap Hodge menambahkan.

Moodys dalam sebuah pernyataan menyebut, polarisasi politik yang berkelanjutan di Kongres meningkatkan risiko bahwa anggota parlemen tidak akan dapat mencapai konsensus mengenai rencana fiskal untuk memperlambat penurunan keterjangkauan utang. "Respon kebijakan signifikan apa pun yang mungkin dapat kita lihat terhadap penurunan kekuatan fiskal ini mungkin tidak akan terjadi hingga 2025 karena realitas kalender politik tahun depan," kata Wakil Presiden Senior di Moody's, William Foster, kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Moody's adalah lembaga pemeringkat terakhir dari tiga lembaga pemeringkat utama yang mempertahankan peringkat teratas untuk pemerintah AS. Fitch mengubah peringkatnya dari triple-A menjadi AA+ pada Agustus, bergabung dengan S&P yang memiliki peringkat AA+ sejak 2011. Meskipun Moody's mengubah prospeknya, mengindikasikan kemungkinan penurunan peringkat dalam jangka menengah, Moody's mengafirmasi peringkat penerbit jangka panjang dan senior tanpa jaminan di 'Aaa' dengan mengutip kekuatan kredit dan ekonomi AS.

"Meski pernyataan Moody's mempertahankan peringkat 'Aaa' bagi Amerika Serikat, kami tidak setuju dengan pergeseran ke prospek menjadi negatif. Perekonomian Amerika tetap kuat, dan surat utang negara adalah aset aman dan likuid terkemuka di dunia," kata Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo dalam sebuah pernyataan.

Pada Jumat (20/10/2023) lalu, Menteri Keuangan Janet L Yellen merilis pernyataan menyusul permintaan Presiden Biden kepada Kongres untuk dana tambahan guna mendukung Israel dan Ukraina. Amerika Serikat harus terus memerangi ketidakstabilan global dengan kepemimpinan yang kuat dan komitmen yang tak tergoyahkan. Baik masalahnya adalah invasi Rusia ke Ukraina atau serangan Hamas yang mengerikan di Israel, kepemimpinan Amerika tidak dapat digantikan.

"Permintaan dana tambahan dari Pemerintahan Biden mempertahankan kepemimpinan global Amerika. Dan memajukan kepentingan inti kita – termasuk keamanan nasional kita," demikian pernyataan Yellen dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan Amerika Serikat.

Yellen melanjutkan, selain Ukraina, serangan Hamas yang mengerikan dan dampak regionalnya merupakan pengingat buruk akan ketidakpastian yang kita lihat di seluruh dunia dan tantangan yang ditimbulkannya terhadap perekonomian global. Hal ini juga menyoroti perlunya lembaga-lembaga keuangan internasional yang kuat dan siap merespons dampak ekonomi dari krisis-krisis yang tidak terduga tersebut.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement