Sabtu 12 Aug 2023 06:13 WIB

Menteri ESDM Janji Berikan Kemudahan Investor Pembangkit Listirk Panas Bumi

Saat ini dunia tengah menggalakkan perdagangan karbon.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri ESDM Arifin Tasrif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif memastikan akan memberikan kemudahan bagi perusahaan yang mau berinvestasi dalam pengembangan energi panas bumi. Pengembangan panas bumi, dinilai Arifin, menjadi salah satu jenis energi baru terbarukan (EBT) yang punya potensi besar untuk mengurangi emisi karbon dari pembangkit batu bara. 

“Kita pasti akan memberikan kemudahan karena panas bumi juga ideal untuk pertukaran karbon,” kata Arifin saat ditemui di kantornya, Jumat (11/8/2023). 

Baca Juga

Arifin menjelaskan, saat ini dunia tengah menggalakkan perdagangan karbon sebagai upaya untuk memacu perusahaan-perusahaan pembangkit listrik beralih ke energi bersih. Selain itu, banyak pula yang tengah mengembangan teknologi carbon capture sehingga emisi yang dilepas bisa kembali ditangkap dan tidak merusak alam. 

Pemerintah, lanjut Arifin, juga telah membuat aturan untuk memberikan kepastian bagi investasi di sektor panas bumi. Inti dari kebijakan yang dibuat yakni mengurangi risiko bila perusahaan investor gagal dalam kegiatan eksploitasi energi panas bumi di Indonesia. 

“Kita juga mendukung kemudahan infrastruktur, itu nanti kita kerja sama dengan Pak Basuki (Menteri PUPR Basuki Hadimuljono),” ujarnya. 

Seperti diketahui, pemerintah masih berupaya mengejar target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 mendatang. Sayangnya, hingga akhir 2022 lalu, bauran EBT baru mencapai 12,3 persen. Dari jumlah tersebut, energi panas bumi, surya, air, serta angin berkontribusi sebesar 4,85 persen. 

Mengutip data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan, Kementerian ESDM, Indonesia menyimpan 40 persen cadangan panas bumi dunia dengan total potensi mencapai 23,7 gigawatt (GW). Besarnya potensi itu, disebabkan karena Indonesia berada di kawasan ring of fire.

Arifin mengaku masih optimistis untuk mengejar target 23 persen bauran EBT. Hanya saja, ia tak menampik banyak kendala yang dihadapi dan harus diatasi demi bisa merealisasikan target tersebut. 

Peneliti Institute for Essential Services Reform (IESR), His Muhammad Bintang dalam sebuah diskusi virtual, akhir bulan lalu, menyebut adanya stagnasi capaian target bauran energi terbarukan dalam beberapa tahun terakhir. Sementara, target angka bauran tiap tahun meningkat. Tahun ini, sesuai rencana ditargetkan bauran EBT sebesar 17,9 persen. 

Bintang mengatakan, pendanaan melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) yang tengah dipersiapkan akan sangat menarik untuk membantu pencapaian bauran EBT ke depan. Publik juga akan melihat sejauh apa investasi yang masuk terhadap realisasi transisi energi. 

“Untuk mengejar target 25 persen dalam waktu dua tahun perlu strategi agresif dan konkret,” ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement