Sabtu 10 Jun 2023 13:48 WIB

KH Anwar Abbas Bela Jusuf Kalla yang Dicap Rasis

Bangsa ini harus mendidik penduduk asli ini agar bisa menjadi entrepreneur handal.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agus Yulianto
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas.
Foto: Darmawan/Republika
Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah KH Anwar Abbas mengaku terkejut mendengar ada orang yang mengatakan Jusuf Kalla atau JK sebagai rasis. JK dicap rasis karena telah mengatakan bahwa 50 persen ekonomi indonesia dikuasai oleh penduduk dari etnis cina padahal jumlah penduduk Cina di negeri ini hanya 4,5 persen. 

"Yang menjadi pertanyaan bagi saya di mana letak rasisnya JK karena seperti kita ketahui seseorang akan dikatakan rasis kalau dia membenci suku bangsa lain. Apakah JK membenci etnis cina?" kata KH Anwar Abbas, melalui keterangan tertulisnya kepada, Republika, Sabtu(10/6/2023).

KH Anwar yang juga Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengatakan, jika ada orang yang mengatakan JK membenci etnis Cina lalu mengapa JK menunjuk Sofjan Wanandi dari etnis Cina yang terlahir dengan nama Liem Bian Khoen sebagai teman dekat dan pembantu utamanya ketika dia menjadi Wapres. Padahal kita tahu bahwa Liem Bian Khoen atau Sofyan Wanandi tersebut adalah seorang pengusaha keturunan yang cukup berhasil. 

"Beliau merupakan pemilik dari bisnis Gemala Group (sekarang Santini Group)," katanya.

KH Anwar menyampaikan, sebenarnya jika kita memiliki informasi yang lengkap apa yang dikatakan serta diprihatinkan JK tidak hanya dirasakan dan disampaikan oleh JK saja. Akan tapi juga oleh mendiang Ciputra, yaitu seorang pengusaha real estate atau properti terkenal tidak hanya di negeri ini tapi juga di dunia yang memiliki nama lahir Tjie Tjin Hoan. 

"Ciputra dalam salah satu wawancara, menyatakan keprihatinannya bahwa dari 45-50 perusahaan publik dalam bidang properti cuma hanya satu yang milik penduduk asli yang lainnya milik dari warga Tionghoa," katanya.

Dalam bidang ekspor, kata Ciputra, mayoritas ekspor dari negeri ini adalah dilakukan oleh warga Tionghoa. Ketika Ciputra ditanya tentang apa yang harus dilakukan, dia menjawab akan bersurat kepada pak Jokowi dan Jusuf Kalla (presiden dan wapres waktu itu) agar mengalokasikan sebagian besar dari anggaran pendidikan tersebut untuk mencetak para entrepreneur. 

"Karena yang namanya penduduk asli tersebut kata Ciputra tidak punya orang tua, lingkungan dan guru yang mendukung untuk itu," kata KH Anwar menirukan kata Ciputra. 

Kata Ciputra, bangsa ini harus mendidik penduduk asli ini agar bisa menjadi entrepreneur-entrepreneur yang handal. Jadi JK dan Ciputra meskipun berasal dari dua etnis yang berbeda, satu dari bugis dan yang satu dari etnis cina. 

"Tapi mereka sama-sama punya informasi dan pandangan yang sama. Lalu yang menjadi pertanyaan mengapa JK dianggap rasis dan ciputra tidak?" katanya.

KH Anwar mengatakan, dalam hal ini bukan ada udang di balik batu tapi ada batu di balik udang dan itu jelas tidak baik bagi perkembangan bangsa ini kedepannya. Apalagi, semua mengetahui JK juga telah melakukan langkah-langkah konkrit dengan membangun dialog-dialog tentang dunia bisnis di antara penduduk asli dengan penduduk dari etnis Cina.

"Tujuan agar di antara mereka terwujud saling pengertian dan kerja sama yang baik," katanya.

Oleh karena itu bila hal ini kita lihat dengan kaca mata yang jernih apa yang disampaikan JK dan Ciputra tersebut tentu sangat strategis. Karena tujuannya adalah untuk kebaikan dan kemashlahatan negara dan bangsa ini kedepannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement