Senin 05 Jun 2023 21:54 WIB

Jarak Waktu dari 'Sentuh Bantal' Hingga Tidur Pulas Tunjukkan Kondisi Kesehatan Seseorang

Tertidur terlalu cepat bisa menjadi tanda kelelahan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang wanita tidur (ilustrasi). Jeda waktu antara berbaring hingga tertidur pulas dapat menggambarkan kondisi kesehatan seseorang.
Foto: www.freepik.com
Seorang wanita tidur (ilustrasi). Jeda waktu antara berbaring hingga tertidur pulas dapat menggambarkan kondisi kesehatan seseorang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah menjalani aktivitas harian yang panjang, bisa tertidur dengan cepat merupakan sebuah berkah. Sayangnya, mendapatkan waktu tidur yang tepat bisa menjadi cukup sulit. Utamanya, jika seseorang bergumul dengan penundaan waktu tidur.

Siapa pun ketika kepala menyentuh bantal, pasti ingin segera bisa tertidur. Namun, menurut ahli tidur, jika seseorang tertidur terlalu cepat (atau terlalu lambat) bisa menjadi gejala dari masalah yang lebih besar.

Baca Juga

Jeda waktu yang diperlukan untuk tertidur ketika menyentuh bantal, secara klinis disebut latensi tidur. Meskipun tidak ada pengaturan normal, ada jeda waktu yang umum.

“Jeda waktu ideal bagi tubuh untuk tertidur sangat bervariasi dari orang ke orang,” kata seorang psikolog klinis berlisensi dan spesialis insomnia, Kristen Casey, dilansir Huffpost, Senin (5/6/2023).

National Sleep Foundation menyarankan, dibutuhkan jeda waktu sekitar 15 hingga 20 menit untuk orang yang sehat. Namun, manusia itu kompleks, jadi mungkin memiliki lebih banyak masalah yang membuat seseorang tidak bisa tidur nyenyak yang mungkin di luar kendali.

Orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu mungkin membutuhkan waktu sekitar 30 atau 40 menit. Ada baiknya juga untuk menghabiskan 30 menit sebelum tidur untuk menenangkan diri saat masih terjaga dan melakukan semacam rutinitas sebelum tidur malam.

“Tertidur dalam jeda waktu setengah jam adalah tujuan yang baik,” kata seorang ahli saraf, psikiater profesional, dan salah satu pendiri dan kepala inovasi di Apollo Neuroscience, dr Dave Rabin, yang juga mengembangkan teknologi yang dapat dipakai untuk meningkatkan kualitas tidur.

Tertidur beberapa menit setelah kepala menyentuh bantal tidak selalu menjadi penyebab kekhawatiran secara keseluruhan, tetapi itu bisa menjadi sinyal bahwa dalam beberapa kasus ada sesuatu yang terjadi. Penyebab spesifiknya akan berbeda pada setiap orang meskipun mereka memiliki jadwal tidur yang sama atau tidur di ranjang yang sama.

Berikut adalah beberapa penyebab utama, menurut para ahli:

1. Hanya perlu lebih banyak tidur

“Tertidur terlalu cepat bisa menjadi tanda kelelahan, tanda bahwa kita terlalu banyak bekerja, tanda kelelahan, dan umumnya tanda bahwa kita tidak menghabiskan cukup waktu untuk pulih dan beristirahat,” kata dr Rabin.

Selanjutnya, ada juga orang yang mungkin tidur cukup lama, tetapi tidur yang didapatkan hanyalah "tidur sampah" atau tidur yang tidak cukup nyenyak untuk benar-benar menyehatkan tubuh. Karena perjalanan tidur setiap orang itu unik, orang yang berbeda akan membutuhkan perawatan yang berbeda pula. Casey merekomendasikan untuk menemui dokter terkait masalah tidur.

2. Memiliki masalah kesehatan mental

Ini merupakan alasan potensial lain yang disebutkan Casey, terkait dengan aspek kesejahteraan tidur. “Ini juga bisa menjadi efek samping dari pengobatan atau disebabkan oleh diagnosis kesehatan mental, seperti depresi,” kata dia.

Depresi mungkin membuat seseorang mengantuk, tetapi bisa juga rasa kantuk disebabkan oleh antidepresan tertentu. Namun, mengingat depresi yang tidak diobati bisa berbahaya, sebaiknya segera atasi secara langsung.

3. Mengalami sleep apnea

Sleep apnea dialami paling umum pada orang dewasa yang berusia lebih tua. “Sleep apnea adalah gangguan tidur kronis di mana jalan napas bagian atas tersumbat seluruhnya atau sebagian selama tidur, menyebabkan penurunan kandungan oksigen dalam darah dan fragmentasi tidur,” kata seorang ilmuwan tidur di perusahaan matras Emma, Theresa Schnorbach.

Jika bergumul dengan ini, seseorang mungkin juga merasakan kelelahan pada siang hari dan disfungsi kognitif. Sejauh pengobatan berjalan, dia menyarankan jadwal tidur yang teratur dan berhenti merokok (jika mengonsumsinya).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement