Kamis 25 May 2023 15:36 WIB

Erick Angkat Suara Soal Rumor LG Hengkang dari Proyek Baterai EV

Erick yakin Indonesia sebagai produsen nikel terbesar akan tetap menjadi pilihan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) didampingi Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury (kanan) dan Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga (kiri) pada konferensi pers pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (26/3/2021). Indonesia Battery Corporation (IBC) didirikan sebagai holding untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) didampingi Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury (kanan) dan Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga (kiri) pada konferensi pers pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (26/3/2021). Indonesia Battery Corporation (IBC) didirikan sebagai holding untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery) yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir angkat suara mengenai kabar hengkangnya perusahaan baterai kendaraan listrik Korea Selatan, LG Energy Solution (LG) dari ekosistem kendaraan listrik Indonesia yakni Indonesia Battery Corporation (IBC). Erick mengatakan IBC pada prinsipnya terbuka dengan seluruh pihak yang ingin bekerja sama dalam mengembangkan industri kendaraan listrik di Indonesia.

"LG sendiri konteksnya itu kan ada beberapa perusahaan konsorsium yang di dalamnya ingin mencari solusi satu sama lainnya. Saya lihat ini belum batal total, masih proses," ujar Erick di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (25/5/2023).

Baca Juga

Selama ini, Erick terus mendorong IBC untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, baik itu LG, CATL dari Cina atau juga Volkswagen hingga Ford sebagai produsen otomotif terkemuka di dunia. Erick optimistis Indonesia sebagai produsen nikel terbesar akan tetap menjadi pilihan yang menarik bagi para produsen kendaraan listrik dunia.

"Kita masih membuka (untuk LG), tetapi saya rasa bukan karena salah satu investor, lalu Indonesia tidak menjadi pusat EV (Electric Vehicle), tidak," ucap Erick.

Presiden Joko Widodo, lanjut Erick, pun dengan tegas menginginkan hilirisasi harus tetap terjadi di Indonesia. Menurut Erick, ketegasan presiden disambut positif Amerika Serikat bahkan Eropa untuk membangun hubungan kerja sama.

"Termasuk bilateral dengan Vietnam, salah satu isunya EV battery juga, bagaimana Vietnam ingin bekerja sama dengan Indonesia untuk juga bisa punya akses dapat baterai listriknya dari Indonesia. Itu yang kita dorong kerja sama dengan berbagai pihak sebagai keseimbangan pasar yang terbuka," jelas Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement