Ahad 21 May 2023 06:51 WIB

Kelompok Bertikai Setuju Gencatan Senjata Tujuh Hari di Sudan

Gencatan senjata akan mulai berlaku pada pukul 21.45 waktu Khartoum pada Senin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Asap mengepul di Khartoum, Sudan, Rabu, 3 Mei 2023. Faksi-faksi yang bertikai di Sudan menandatangani kesepakatan untuk gencatan senjata selama tujuh hari pada Sabtu (20/5/2023) malam.
Foto: AP Photo/Marwan Ali
Asap mengepul di Khartoum, Sudan, Rabu, 3 Mei 2023. Faksi-faksi yang bertikai di Sudan menandatangani kesepakatan untuk gencatan senjata selama tujuh hari pada Sabtu (20/5/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Faksi-faksi yang bertikai di Sudan menandatangani kesepakatan untuk gencatan senjata selama tujuh hari pada Sabtu (20/5/2023) malam. Pertempuran yang telah menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan dan menelantarkan lebih dari satu juta orang dalam minggu keenam.

Gencatan senjata akan mulai berlaku pada pukul 21.45 waktu Khartoum pada Senin (22/5/2023). Sponsor pembicaraan damai tersebut adalah Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi.

Baca Juga

Banyak perjanjian gencatan senjata sebelumnya telah dilanggar oleh militer dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Namun, pernyataan kedua negara sponsor mengatakan, perjanjian ini akan ditegakkan oleh mekanisme pemantauan yang didukung AS-Saudi dan internasional.

Perjanjian tersebut juga menyerukan untuk mendistribusikan bantuan kemanusiaan, memulihkan layanan penting, dan menarik pasukan dari rumah sakit serta fasilitas umum yang penting. Pertempuran antara kedua pihak yang berselisih di Sudan telah menyebabkan runtuhnya ketertiban. Stok makanan, uang tunai, dan kebutuhan pokok menyusut dengan cepat, serta penjarahan massal telah melanda bank, kedutaan, gudang bantuan, bahkan gereja.

Kelompok bantuan mengatakan, tidak dapat memberikan bantuan yang memadai di Khartoum, karena tidak adanya jalan yang aman dan jaminan keamanan untuk staf. Dalam beberapa hari terakhir, pertempuran darat kembali berkobar di wilayah Darfur, di kota Nyala dan Zalenjei.

Serangan udara dilaporkan oleh saksi mata di Omdurman selatan dan Bahri utara, dua kota yang terletak di seberang Sungai Nil dari Khartoum pada Sabtu. Beberapa serangan terjadi di dekat stasiun penyiaran negara di Omdurman.

"Kami menghadapi tembakan artileri berat pagi ini, seluruh rumah berguncang," kata Sanaa Hassan yang tinggal di lingkungan al-Salha Omdurman.

"Mengerikan, semua orang berbaring di bawah tempat tidur. Apa yang terjadi adalah mimpi buruk," kata pria berusia 33 tahun itu.

RSF bertahan di distrik pemukiman, menarik serangan udara yang hampir terus-menerus oleh angkatan bersenjata reguler. Saksi mata di Khartoum mengatakan situasi relatif tenang, meski terdengar suara tembakan sporadis.

Konflik yang dimulai pada 15 April ini telah membuat hampir 1,1 juta orang mengungsi di dalam negeri dan ke negara-negara tetangga. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 705 orang telah meninggal dan sedikitnya 5.287 terluka. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement