Selasa 16 May 2023 13:20 WIB

Mahalnya Sewa Hunian Mengancam Para Lajang di Singapura

Sewa hunian di Singapura reda tahun depan seiring rampungnya perumahan rakyat.

Hunian di Singapura (lustrasi. Mahalnya harga properti di Singapura mengancam para lajang di sana.
Foto: panviews.com
Hunian di Singapura (lustrasi. Mahalnya harga properti di Singapura mengancam para lajang di sana.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Ketika pembatasan pandemi Singapura diberlakukan pada 2021, Pearlyn Siew pindah ke properti co-living. Di properti co-living, dia memiliki kamar sendiri dan fasilitas bersama seperti kamar mandi, dapur, dan cuci baju.

"Saya membutuhkan jeda dari keluarga saya setelah berada di rumah yang sama selama pandemi," kata Siew kepada BBC, Selasa (16/5/2023).

Baca Juga

Kata Siew, semula orangtua Siew tak setuju dengan pilihan itu. Namun, Siew bersikeras karena ia merasa butuh ruang untuk menjaga kesehatan mentalnya.

Asher Chua juga pindah ke hunian co-living setelah sekian lama bekerja dari sebuah flat yang dia tinggali bersama orang tua dan tiga saudara kandungnya. Ia mengaku sulit untuk hidup bersama dengan saudara-saudara yang tidak berada dalam tahap kehidupan yang sama.

Baik Asher maupun Pearlyn belum menikah dan berusia di bawah 35 tahun. Dengan kondisi itu, mereka belum memenuhi syarat untuk mendapatkan perumahan umum bersubsidi dengan sewa jangka panjang dari Pemerintah Singapura.

Kata sosiolog Chua Beng Huat, aturan kelayakan membatasi akses ke perumahan yang terjangkau bagi para lajang. Hal itu terlepas dari keinginan individu untuk memiliki tempat tinggal sendiri.

"Keluarga memiliki kebutuhan perumahan yang lebih besar ini berbeda individu lajang," kata Chua. 

Agen real estate William Tan mengatakan, banyak orang tidak bisa tinggal di rumah keluarga mereka karena lingkungan yang tidak bersahabat, berbahaya atau toxic. "Ini memaksa mereka untuk menyewa," kata Tan.

Kabar baiknya, harga sewa diperkirakan akan turun. "Ini seiring pasokan perumahan yang signifikan mulai beroperasi selama beberapa tahun ke depan," kata Dewan Perumahan dan Pembangunan (HDB) dan Otoritas Pembangunan Kembali Perkotaan (URA) Singapura.

Hampir 40 ribu rumah umum dan pribadi dijadwalkan akan selesai tahun ini. Itu adalah yang terbanyak dalam lima tahun terakhir.

Sebanyak 60 ribu rumah lainnya diharapkan juga akan selesai pada 2025. Ketika pasokan datang, warga Singapura yang sementara menyewa sambil menunggu selesainya rumah baru mereka akan mengosongkan unit sewa mereka. Itu akan meringankan tekanan pada pasar sewa.

"Pemerintah akan terus memantau pasar properti dengan cermat dan menyesuaikan kebijakan sesuai kebutuhan," tambah HDB dan URA.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement