Jumat 28 Apr 2023 11:51 WIB

Ledakan di Kiev, Sirene Serangan Udara Berbunyi di Seluruh Ukraina

Tidak ada rincian mengenai kerusakan dan korban jiwa di Kiev.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Ledakan. Ibukota Ukraina, Kiev, diguncang oleh ledakan-ledakan pada Jumat (28/4/2023).
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Ledakan. Ibukota Ukraina, Kiev, diguncang oleh ledakan-ledakan pada Jumat (28/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Ibu kota Ukraina, Kiev, diguncang oleh ledakan-ledakan pada Jumat (28/4/2023), sirene serangan udara berbunyi disertai ledakan-ledakan dilaporkan terjadi di seluruh negeri, demikian menurut Interfax Ukraina dan laporan-laporan di berbagai media sosial.

Tidak ada perincian mengenai apa yang terjadi di Kiev atau kerusakan dan korban jiwa. Pemerintah militer kota itu mengatakan bahwa unit-unit anti-pesawat sedang beroperasi.

Baca Juga

Laporan-laporan sebelumnya mengatakan kota-kota dari Ukraina tengah sampai ke wilayah Mykolaiv Selatan telah dihantam ledakan. Interfax mengatakan, ledakan-ledakan dilaporkan terjadi setelah tengah malam di Dnipro, Kremenchuk, dan Poltava di Ukraina Tengah dan di Mykolaiv di bagian selatan.

Interfax mengutip akun-akun di layanan pesan Telegram yang mengatakan bahwa benda-benda tak dikenal di udara menuju ke bagian barat negara itu.

Serangan-serangan tersebut terjadi sehari setelah Kremlin mengatakan bahwa mereka akan menyambut baik apa pun yang dapat membawa akhir dari konflik ini lebih dekat, mengacu pada sebuah pembicaraan telepon antara Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Rabu.

Ini adalah pertama kalinya kedua pemimpin tersebut berbicara sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari tahun lalu. Namun, Kremlin mengatakan bahwa mereka masih perlu mencapai tujuan 'operasi militer khusus' di Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022, dengan mengatakan bahwa hal itu diperlukan untuk melindungi Rusia. Ukraina dan sekutu Baratnya menolak hal itu dan mengatakan bahwa invasi tersebut merupakan perampasan tanah yang tidak beralasan oleh Putin, yang telah mengakibatkan perang darat terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Pasukan Rusia telah mengalami kemunduran selama konflik dan telah berusaha selama 10 bulan untuk masuk ke sisa-sisa Bakhmut yang hancur, yang dulunya merupakan kota berpenduduk 70.000 jiwa. Rusia melihat Bakhmut sebagai batu loncatan utama menuju kota-kota lain di Ukraina Timur, yang kini menjadi tujuan militer utamanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement