Harga Bawang Jelang Idul Fitri Naik, Perlu Pengawasan agar Ketersediaan Terjangkau

Red: Muhammad Hafil

Selasa 18 Apr 2023 09:13 WIB

Pedagang bawang melakukan transaksi di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (20/2/2023). Menjelang bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah, sejumlah kebutuhan bahan pangan seperti cabai rawit merah, cabai keriting, dan kentang mulai merangkak naik. Untuk harga cabai rawit merah saat ini kisaran Rp67.000 hingga Rp70.000 per kilogram, dari harga sebelumnya sekitar Rp50.000 per kilogram, dan harga kentang mengalami kenaikan Rp3.000 menjadi Rp17.000 per kilogram. Sementara untuk harga bawang merah cenderung mengalami penurunan dari sebelumnya Rp40.000 per kilogram, kini Rp35.000 per kilogram. Foto: Republika/Thoudy Badai Pedagang bawang melakukan transaksi di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Senin (20/2/2023). Menjelang bulan suci Ramadhan 1444 Hijriah, sejumlah kebutuhan bahan pangan seperti cabai rawit merah, cabai keriting, dan kentang mulai merangkak naik. Untuk harga cabai rawit merah saat ini kisaran Rp67.000 hingga Rp70.000 per kilogram, dari harga sebelumnya sekitar Rp50.000 per kilogram, dan harga kentang mengalami kenaikan Rp3.000 menjadi Rp17.000 per kilogram. Sementara untuk harga bawang merah cenderung mengalami penurunan dari sebelumnya Rp40.000 per kilogram, kini Rp35.000 per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - - Kenaikan harga bawang menjelang Idul Fitri tak terhindarkan. Pemerintah didorong untuk mendiskusikan solusi terbaik dalam menyikapi tingginya harga bawang di sejumlah daerah di Indonesia.

“Kami menyikapi polemik di pasaran terkait harga komoditi Bawang Putih yang tinggi di sejumlah daerah, terutama di luar pulau Jawa karena kami merupakan asosiasi yang menaungi Pelaku Usaha Bawang dan Sayuran Umbi Indonesia yang memberi rekomendasi kepada pemerintah,” ujar Direktur Eksekuti Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang dan Sayuran Umbi (Pusbarindo), Akbar di Jakarta, Selasa (18/4/2023).

Baca Juga

Akbar pun menawarkan beberapa solusi kepada pemerintah agar permasalahan ini dapat segera diselesaikan dan tidak membawa efek buruk bagi ekonomi masyarakat dan Negara.

“Kami menawarkan dua solusi, solusi pertama ialah jangka pendek. PUSBARINDO mendorong pemerintah melalui Kementerian perdagangan mengundang semua stakeholder, kementerian pertanian, Badan pangan nasional serta asosiasi pelaku usaha terkait, melakukan pertemuan bersama untuk membicarakan solusi terbaik dalam rangka menyikapi polemik tingginya harga bawang di sejumlah daerah tersebut,” jelas Akbar.

Ia melanjutkan selain solusi pendek adapula solusi jangka panjang yang dapat ditempuh oleh pemerintah guna meredam persoalan yang telah merembet ke berbagai daerah ini.

“Solusi jangka panjangnya ialah mereformasi tata niaga importase bawang putih. PUSBARINDO sebagai mitra pemerintah menegaskan komitmen serta kesiapan untuk duduk bersama dan memberi masukan kepada Pemerintah dalam hal ini, Kemenko Perekonomian, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Badan Pangan Nasional dalam rangka memperbaiki tata niaga impor bawang putih, sehingga tidak menjadi kemelut dan polemik tahunan, setiap kali menghadapi bulan puasa dan Lebaran,”

“PUSBARINDO memandang letak persoalan kemelut dan polemik tersebut bukan terletak pada Sistem dan Regulasi yang dibuat pemerintah. Sistem dan regulasi yang ada telah sepenuhnya mengakomodasi kepentingan masyarakat dan pelaku usaha. Persoalannya terletak pada implementasi lapangan. Sehingga diperlukan pengawasan yang melibatkan semua pihak untuk menjamin ketersediaan pasokan yang terjangkau di masyakat serta iklim usaha yang sehat,” tambah Akbar.

Melalui penawaran solusi itu, PUSBARINDO kata Akbar tetap berkomitmen untuk terus menjadi mitra pemerintah dalam melakukan fungsi stabilisasi baik pasokan dan harga komoditi di daerah Indonesia melalui anggotanya.

“Serta siap untuk berdiskusi dan memberi masukan secara terus menerus kepada pemerintah dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tata niaga yang muncul di lapangan,” pungkas Akbar.