Ahad 23 Apr 2023 17:10 WIB

Pakar: Bunga Telang Punya Nilai Ekonomi Tinggi Tapi Jarang Dilirik

Bunga telang dapat dimanfaatkan untuk farmasi, kecantikan, hingga pangan.

Warga menunjukan bunga telang yang dipetik di Sawit, Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (28/12/2021). Pakar dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Agung Karuniawan menyebut bunga telang (Clitoria ternatea) memiliki nilai ekonomi yang tinggi tetapi jarang dilirik atau dimanfaatkan oleh masyarakat.
Foto: ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho/tom.
Warga menunjukan bunga telang yang dipetik di Sawit, Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (28/12/2021). Pakar dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Agung Karuniawan menyebut bunga telang (Clitoria ternatea) memiliki nilai ekonomi yang tinggi tetapi jarang dilirik atau dimanfaatkan oleh masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pakar dari Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Agung Karuniawan menyebut bunga telang (Clitoria ternatea) memiliki nilai ekonomi yang tinggi tetapi jarang dilirik atau dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dia menjelaskan, bunga telang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti farmasi, kecantikan, hingga pangan. Bunga ini menjadi komoditas yang menarik pada skala global.

Baca Juga

Agung juga mengaku tengah melakukan riset terkait bunga telang yang dimanfaatkan oleh sebuah perusahaan sebagai pewarna alami. Menurut dia, pewarna alami dari bunga itu bisa digunakan dalam produk minuman, produk untuk hewan peliharaan, kosmetik, farmasi, serta printing and image.

Bunga telang masuk ke dalam kategori underutilized crop atau tanaman yang kurang dimanfaatkan padahal memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi di negara-negara maju.

Bunga telang di Indonesia memiliki enam varietas yang warna dasarnya adalah ungu, putih, dan merah. Sehingga menurutnya Indonesia berkontribusi dalam keragaman genetik di dunia. "Kita punya semua di sini, varietas punya, alat yang mumpuni, pakar," kata Agung.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Ilmu Pemulia Indonesia (Peripi) Prof Syukur mengatakan akhir-akhir ini bidang pertanian di Indonesia sedang menghadapi cukup banyak tantangan. Tidak hanya lahan pertanian yang semakin berkurang, perubahan iklim yang tidak menentu menyebabkan tingginya serangan hama dan penyakit.

Selain itu, saat ini bidang pertanian mulai kurang diminati oleh generasi muda karena nilai tukar yang menurun. "Untuk menjawab hal itu diperlukan varietas unggul yang dihasilkan oleh para pemulia," kata Syukur.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement