Rabu 12 Apr 2023 22:14 WIB

Hati-Hati, BI Sudah Temukan Uang Palsu di Musim Jelang Lebaran

Uang pecahan yang paling banyak dipalsukan uang senilai Rp 100 ribu.

Warga antre saat penukaran uang terbaru pada layanan kas keliling Bank Indonesia Tasikmalaya di Pasar Pancasila, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (25/8/2022). KPw Bank Indonesia Tasikmalaya membuka pelayanan penukaran Uang Tahun Emisi (TE) 2022 yang terdiri atas pecahan uang Rupiah kertas Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1.000 dengan batasan penukaran Rp1 juta per orang.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Warga antre saat penukaran uang terbaru pada layanan kas keliling Bank Indonesia Tasikmalaya di Pasar Pancasila, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (25/8/2022). KPw Bank Indonesia Tasikmalaya membuka pelayanan penukaran Uang Tahun Emisi (TE) 2022 yang terdiri atas pecahan uang Rupiah kertas Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, Rp2.000, dan Rp1.000 dengan batasan penukaran Rp1 juta per orang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh telah menemukan peredaran uang palsu sebanyak 298 lembar terhitung sejak awal 2022 hingga bulan April 2023.

"Uang palsu yang ditemukan di Aceh ini tidak sebanyak di provinsi lain, tetapi jumlah mencapai ratusan juga," kata Kepala Unit Operasional Pengelolaan Uang Rupiah (PUR) Bank Indonesia M Ali Yamin, di Banda Aceh, Rabu (12/4/2023).

Baca Juga

Ali menyebutkan, dari ratusan uang palsu yang ditemukan Bank Indonesia tersebut, pecahan yang paling banyak dipalsukan uang senilai Rp 100 ribu. Namun, nominalnya tidak bisa dijelaskan.

Uang palsu, kata Ali, banyak diterima berdasarkan dari aduan perbankan di Aceh. Beberapa perbankan sering luput mendeteksi keaslian uang karena masih menghitung uang secara manual.

"Itu sering sekali perbankan melaporkan kepada kita soal kedapatan uang palsu," ujarnya.

Ali menyampaikan, modus pembuatan uang palsu saat ini sudah semakin canggih. Bahkan dalam satu lembar uang itu bisa dibuat sebelah asli dan disisi lainnya palsu.

"Ini harus lebih hati-hati, dan itu yang sering lolos di perbankan. Jadi, dia lihat bagus, makanya bisa lolos," katanya.

Pada dasarnya, lanjut Ali, uang palsu tersebut sering lolos pada transaksi tunai, jika transaksi di perbankan melalui ATM, dan Bank Indonesia tidak akan bisa tertipu karena memiliki mesin sensorik pendeteksian keaslian uang.

"Di ATM itu sudah pakai sensor, dan kalau di Bank Indonesia sudah pasti tidak bisa karena kita mempunyai mesin sensorik, begitu masuk ketahun depan belakangnya lembar keaslian," ujarnya.

Ali menambahkan, dalam rangka mencegah peredaran uang palsu tersebut, Bank Indonesia terus berupaya memberikan sosialisasi Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah (CBPR) kepada masyarakat Aceh.

"Kita sosialisasikan CBPR untuk meminimalisir peredaran uang palsu," demikian Ali Yamin.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement