Senin 10 Apr 2023 05:05 WIB

Baznas Mengantar Amanah untuk Korban Gempa Suriah

Bantuan korban gempa Suriah telah sampai kepihak yang berhak

Para korban gempa Suriah menerima bantuan Baznas.
Foto: Bazanas
Para korban gempa Suriah menerima bantuan Baznas.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yudhiarma MK, M.Si (Kabag Humas BAZNAS, anggota Tim Kemanusiaan BAZNAS untuk Korban Gempa Suriah)

Pagi yang dingin dan mendung di langit Aleppo, menghangat saat matahari menyeruak di balik awan. Kehangatan yang sama mengalir di pipi Ghaniah Khairawi (42 tahun), salah seorang penyintas yang menerima bantuan BAZNAS. 

"Terima kasih Indonesia, ini meringankan kami dalam menjalankan ibadah Ramadhan bersama keluarga," ujar warga yang kehilangan suami saat konflik bersenjata 2011-2016 ini, dengan mata berkaca-kaca, Sabtu (1/4/2023). 

Ghaniah adalah bagian dari korban bencana. Ia kehilangan anak saat gempa datang menimpa. Kini ia masih tinggal di pengungsian yang disiapkan pemerintah setempat dan donasi internasional.

Sebulan menjelang Ramadhan, Senin, 6 Februari 2023, guncangan dahsyat dengan magnitudo 7,8 skala Richter, melanda Turki dan Suriah. Menurut data Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), sekitar 50 ribu korban meninggal dunia. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), mengirimkan bantuan dan tim kemanusiaan ke kedua negara tersebut. 

Seusai delegasi pertama menyelesaikan tugas di Turki, BAZNAS mengutus tim ke Suriah. Selain bencana alam, Negeri Syam ini menghadapi musibah lebih berat akibat embargo internasional pascakonflik bersenjata yang terjadi lebih dari lima tahun. 

Pada hari pertama, Jumat, 24 Maret 2023 (2 Ramadhan 1444 H), Tim Kemanusiaan BAZNAS untuk Korban Gempa Suriah, yang dikoordinatori Dr. Imdadun Rahmat dan beranggota Fitriansyah Agus Setiawa), Taufiq Hidayat dan Yudhiarma MK, berangkat ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Namun tantangan perdana menghadang, tim batal berangkat karena menghadapi kendala teknis sistem koneksi antarmaskapai penerbangan. 

Sebagai informasi, akibat embargo dunia internasional, hanya ada dua flight ke Damaskus, Syrian Airlines milik Pemerintah Suriah dan Cham Wings dari maskapai swasta setempat yang membawa tim BAZNAS.

Tiket tidak setiap hari tersedia dan hanya bisa dipesan melalui agen tertentu. Hampir semua penerbangan di Timur Tengah, tidak terkoneksi secara sistem dengan maskapai Suriah, sehingga menyebabkan keberangkatan tim BAZNAS batal dan terpaksa dijadwal ulang pada hari berikutnya. 

Sebab pihak maskapai tak berani memberangkatkan penumpang, jika belum ada kepastian penerbangan lanjutan dari kota di negara persinggahan ke Damaskus, seperti boarding pass atau visa transit karena ada risiko hold: "terkurung" di bandara. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement