Selasa 04 Apr 2023 10:52 WIB

Ali bin Abi Thalib Mengajak Bicara Penghuni Kubur, Ini Hikmahnya

Ali bin Abi Thalib merupakan khalifah keempat.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Erdy Nasrul
Warga berdoa di makam keluarganya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikadut, Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (20/3/2023). Menjelang bulan suci Ramadhan, TPU Covid-19 Cikadut ramai dikunjungi peziarah yang datang untuk mendoakan keluarga serta kerabat yang telah wafat.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Warga berdoa di makam keluarganya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikadut, Mandalajati, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (20/3/2023). Menjelang bulan suci Ramadhan, TPU Covid-19 Cikadut ramai dikunjungi peziarah yang datang untuk mendoakan keluarga serta kerabat yang telah wafat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sayidina Ali bin Abi Thalib pernah suatu hari mendatangi sebuah kuburan. Sayidina Ali mengajak bercakap-cakap para penghuni kubur untuk berbagai informasi tentang keadaan di dunia dan akhirat. Ia lalu mengabarkan kepada para penghuni kubur tentang keadaan harta mereka, anak-anak mereka, dan rumah-rumah mereka setelah mereka mati. 

وروي عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه أنه خرج إلى المقبرة ، فلما أشرف عليها قال: يا أهل القبور أخبرونا عنكم، أو نخبركم، أما خبر من قبلنا: فالمال قد اقتسم: والنساء قد تزوجن، والمساكن قد سكنها قوم غيركم، ثم قال : أما والله لو استطاعوا لقالوا : لم نرد زادا خيرا من التقوى. 

Baca Juga

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu bahwa Sayidina Ali pergi ke kuburan. Maka sesampainya di sana, Sayidina Ali berkata: Wahai penduduk kubur, kabarkanlah pada kami tentang keadaan kalian atau kami mengabarkan pada kalian. Adapun kabar dari kami adalah hartamu benar-benar telah dibagi-bagikan dan anak-anak perempuanmu telah dinikahkan dan rumah-rumahmu telah ditinggali oleh kaum lain. Kemudian Sayidina Ali berkata lagi: Demi Allah, andaikan mereka dapat berbicara, maka mereka akan berkata: Tidak menginginkan kami yang lebih baik daripada takwa (Imam Qurthubi dalam kitab at Tadzkirah pada babu maa yudzakarul mauta wal akhirota wa yuzahidu fi dunya).

Dari riwayat tersebut dapat dipetik hikmah bahwa tidak ada bekal yang lebih baik untuk menghadapi kematian dan kehidupan setelah kematian kecuali ketakwaan kepada Allah SWT. Itu satu-satunya yang paling berharga yang akan menolong seseorang ketika menghadapi pertanyaan dari Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir di alam kubur. 

Ketika seseorang telah meninggal dunia, ia terputus dengan segala sesuatu yang dimilikinya ketika hidup di dunia. Harta benda yang dulu diklaim adalah miliknya dan menjadi kebangganya hingga dipamer-pamerkan kepada orang lain kelak saat dia sudah berada di liang kubur tidak akan menemaninya dan menolongnya ketika ditanya Munkar Nakir. Terkecuali ketika ia semasa di dunia menggunakan harta itu untuk sedekah jariyah, pahalanya akan terus mengalir hingga kubur. 

Begitu juga anak-anak yang begitu dicintainya dan sangat dibanggakan. Anak-anaknya juga tak akan turut serta ke liang lahat dan dapat menolongnya. Kecuali anak-anak yang ditinggalkannya itu adalah anak-anak yang saleh yang senantiasa mendoakannya, doa anak saleh tersebut akan meneranginya di alam kubur. 

Begitu juga rumah-rumah yang dibangunnya seperti istana ketika hidup di dunia. Ketika dia mati, rumah itu tidak akan jadi miliknya lagi. Rumah-rumah yang memberi keteduhan padanya ketika hidup pasti beralih kepemilikan baik itu masih pada keturunannya, bahkan beralih pada orang lain. Maka dari itu, ketakwaan sejatinya adalah satu-satunya yang berharga bagi seseorang ketika di alam kubur. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement