Senin 03 Apr 2023 14:49 WIB
Hikmah Ramadhan

Ramadhan Mengajarkan Perilaku Islami Bermedia

Manusia diturunkan ke bumi tiada lain bertugas mengemban amanah sebagai khalifah.

Gedung Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
Foto: UMY
Gedung Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)

Oleh : Firly Annisa, Ph.D*

REPUBLIKA.CO.ID, Ramadhan tahun 1444 Hijriyah atau 2023 Masehi ini dilakukan lebih bergembira oleh umat Islam di dunia dan Indonesia. Tak lain karena masa pandemi Covid-19 relatif sudah sangat longgar dengan regulasi dari pemerintah yang tidak lagi seketat tiga tahun terakhir. 

Hal ini tentu berdampak terhadap pelaksanaan rangkaian ibadah puasa Ramadan kali ini akan lebih semarak dan tentu saja diharapkan lebih khusyu’ serta hikmat. Sambutan terhadap Ramadhan di negeri berpenduduk 87,2 persen Muslim ini selalu gegap gempita, dari pedesaan hingga perkotaan. 

Masjid-masjid maupun mushala dihias demikian rupa sehingga terlihat lebih memesona. Tidak ketinggalan pula mal-mal di kota pun menjadi Islami; lagu-lagu yang diputar bernuansakan religi, demikian pula assesoris yang dipajang bernafaskan Islam, segala sesuatu menjadi sangat ‘islami’. Termasuk iklan yang muncul di media pun tampil semakin ‘islami’.  

Adalah Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan manusia dari era kegelapan menuju pada zaman yang lebih beradab, lebih terdidik, adil, menuju pada masyarakat sejahtera sebagaimana ia contohkan di kota Madinah al-Munawwarah (kota yang bercahaya). Mengajak umat Islam untuk membaca, sebagaimana diajarkan dalam Alquran surat Al-‘Alaq ayat pertama. Ayat ini dalam kontek media dan komunikasi dapat dijadikan acuan bahwa umat Muslim agar memiliki literasi yang tinggi.

Islami merupakan sebuah spirit yang mengajarkan kepada manusia untuk bersikap sebagaimana yang pernah dipraktikkan oleh Muhammad SAW, di atas selayaknya menjadi semangat setiap Muslim dalam beragama.  

Islami di antaranya didasarkan pada nilai-nilai tentang keadilan, persamaan derajat, penghargaan terhadap kaum perempuan, penghormatan terhadap kelompok termarjinalkan, demikian pula agar melek media serta menguasai perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. 

Adapun secara lahiriah, sah-sah saja orang memanifestasikannya kedalam bentuk lagu, pakaian, tampilan fisik berupa memelihara jenggot bagi laki-laki misalnya, namun semestinya tidak sekadar berhenti pada pemaknaan lahiriah semata.

Terlebih di era new media, tumbuhnya media sosial yang demikian masif, perlu dipikirkan agar dapat produktif bagi umat muslim. Akademisi pun dapat berperan sebagai avant garde dalam memerangi ujaran kebencian dan hoaks yang dengan mudahnya beredar di media sosial. 

Di bulan Ramadhan ini, perlu kiranya ditingkatkan cara bermedia sosial masyarakat untuk meningkatkan kualitas kontennya dengan hal-hal lebih produktif. Bukan sebaliknya, berisi dengan sebuah konten yang tidak layak apalagi berperan dalam penyebaran hoaks dan ujaran kebencian kepada kelompok masyarakat lain.  

Manusia diturunkan ke bumi tiada lain bertugas mengemban amanah sebagai khalifah, wakil Tuhan di alam semesta. Marilah momentum Ramadan kali ini kita jadikan langkah ke depan untuk mewujudkan hidup Islami dalam bermedia. 

Semangat persatuan Indonesia mesti kita kedepankan bersama-sama dalam kehidupan berbangsa. Nilai-nilai Islami bermedia sosial agar mampu mengayomi seluruh pengguna media sosial. Menjadi khalifah yang Islami dalam bermedia di bumi Indonesia dengan mengedepankan pesan-pesan keagamaan-keislaman yang bermanfaat untuk kebangsaan dan kemanusiaan.  Wallahu’alam bisshawab.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement