Rabu 29 Mar 2023 13:18 WIB

Emisi Karbon Ditarget Turun 231 Juta Ton Tahun 2025

Salah satu upaya transisi energi adalah pembangunan PLTS Atap.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petugas memeriksa kondisi sumur PAM 116 di Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (19/10/2022). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 231 juta ton pada tahun 2025 mendatang dengan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Petugas memeriksa kondisi sumur PAM 116 di Tarakan, Kalimantan Utara, Rabu (19/10/2022). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 231 juta ton pada tahun 2025 mendatang dengan penggunaan energi baru terbarukan (EBT).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan penurunan emisi karbon sebesar 231 juta ton pada tahun 2025 mendatang dengan penggunaan energi baru terbarukan (EBT). Target tersebut merupakan bagian dari upaya Indonesia menuju era karbon netral tahun 2060.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Dadan Kusdiana, menyampaikan, untuk dapat mengejar target tersebut, diperlukan keseimbangan antara suplai energi baru terbarukan dengan tingkat permintaan. Itu agar proses transisi energi bisa berjalan lancar.

Baca Juga

"Secara bertahap akan ditingkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan," kata Dadan dalam webinar yang digelar LPPIA FIA Universitas Indonesia, Rabu (29/3/2023).

Ia mengungkapkan, upaya transisi energi untuk mengejar target penurunan emisi karbon itu akan mengacu kepada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) tahun 2021-2030. Salah satu upaya terdekat yang dilakukan dengan implementasi pembangunan PLTS Atap yang memanfaatkan tenaga surya. Kementerian ESDM juga siap melakukan percepatan pengembangan PLT Sampah sekaligus pengembangan PLT biomassa skala kecil.

Di sisi lain, upaya cofiring atau penambahan biomassa sebagai bahan campuran batubara untuk PLTU masih terus diupayakan.

Sejalan dengan upaya tersebut, pemerintah pun telah memetakan permintaan listrik dari sejumlah pengembangan tersebut. Di antaranya kompo induksi untuk 8,1 juta rumah tangga, 300 ribu mobil dan 1,3 juta motor listrik.

Kemudian juga dilakukan pembangunan jaringan gas untuk 5,2 juta rumah tangga hingga mandatori biodiesel 30 persen tahun 2025.

Dadan mengungkapkan, Indonesia punya banyak ragam sumber EBT yang bisa dimanfaatkan, baik itu energi surya, hidro, bioenergi, panas bumi, hingga energi gelombang laut.

Namun, seluruh potensi itu dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus dihadapi. Terutama dari sisi teknologi dan nilai keekonomian yang terjangkau bagi masyarakat.

"Keekonomian teknologi yang ditawarkan belum terbukti secara komersial, sehingga ini harus didorong oleh pemerintah aagr kita bisa menggeser energi berbasis fosil ke energi baru terbarukan," kata Dadan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement