Rabu 29 Mar 2023 21:11 WIB

Harvard Menawarkan Kursus Bahasa Tagalog, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Thailand

Harvard membuka kursus untuk bahasa Tagalog, serta bahasa Indonesia dan Thailand.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Harvard menawarkan kursus bahasa untuk Tagalog, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Thailand/ilustrasi.
Foto: AP
Harvard menawarkan kursus bahasa untuk Tagalog, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Thailand/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Universitas Harvard yang merupakan universitas peringkat teratas di Massachusetts, Amerika Serikat, akan menawarkan kursus bahasa untuk Tagalog, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Thailand. Hal ini diungkapkan Harvard Crimson, surat kabar mahasiswa universitas tersebut.

Kursus-kursus baru ini akan datang sebagai dorongan untuk mengembangkan studi Asia Tenggara di Harvard. Departemen Studi Asia Selatan universitas itu akan mempekerjakan tiga pembimbing untuk mengajar bahasa tahun akademik 2023-2024.

Baca Juga

Direktur eksekutif untuk Harvard Asia Center, Elizabeth K Liao, menyatakan harapannya pada perekrutan baru ini agar berdampak signifikan terhadap misi jangka panjang, untuk membangun studi Asia Tenggara di Harvard, serta keterlibatan universitas dengan wilayah Asia Tenggara.

Direktur Pusat Asia dan seorang profesor untuk studi Bahasa dan Peradaban Asia Timur, James Robson, menyebutkan bahwa pemerintah memperoleh 1 juta dolar AS dari anggaran untuk mendanai posisi pembimbing Tagalog. Meskipun setelah mendanainya selama lebih dari tiga tahun, kemungkinan tidak sepenuhnya berlanjut.

Namun, ini adalah bagian dari upaya untuk menciptakan kesadaran yang lebih luas tentang Asia Tenggara di Universitas Harvard. Dan ini kemungkinan menciptakan minat yang lebih dalam pada mata pelajaran terkait.

"Apa yang saya harapkan adalah jika kita dapat menunjukkan bahwa ada permintaan untuk bahasa-bahasa ini, para siswa muncul dan bersemangat tentang itu,” ujar Prof Robson dilansir dari Mashable, Rabu (29/3/2023).

Di Amerika Serikat, Tagalog adalah salah satu bahasa non-Inggris yang paling banyak digunakan setelah bahasa Spanyol dan Kanton/Mandarin. Ada sekitar 1,7 juta orang bercakap-cakap dalam bahasa yang berasal dari Filipina itu, dan langkah Harvard untuk mengatasinya sebagai subjek akademik telah disambut oleh para pengamat.

Wakil presiden Harvard Philippine Forum (HPF) dan ketua redaksi Harvard Crimson, Eleanor Wikstrom, mengatakan bahwa mendapatkan bahasa yang ditawarkan di Harvard telah menjadi salah satu tujuan utama kelompoknya. Sehingga langkah-langkah tertentu perlu diambil untuk memastikan bahasa itu diajarkan dengan benar.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement